Mohon tunggu...
Meilinda
Meilinda Mohon Tunggu... -

belajar dan menulis sebagai pengikat diri untuk bersabar dan bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Pengantin

19 Desember 2015   13:41 Diperbarui: 19 Desember 2015   13:41 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita yang terbiasa dihidangkan cerita cinderela cukup sulit berjuang selayak khodijah.

Kita yang terbiasa berharap pangeran gemulai cukup sulit menerima satria pejuang.

Kita yang biasa terbuai dilayani tujuh kurcaci dan para peri cukup sulit meneladani fatimah az zahra.

Mimpi kita terlalu terbiasa dielu-ulakan kalimat “happy forever after” di gerbang pernikahan lupa bahwa ini barulah awal perjuangan.

Janji yang mengguncang arsy itu teman, serupa Baiatul Ridwan. Sumpah mati untuk saling memperjuangkan menuju syurga akhirat sebagai puncak kebahagiaan.

Jadi teman, selain doa pengantin yang ku panjatkan..ku ungkapkan kata “selamat datang dan selamat berjuang”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun