SERIAL BUKU PTK 01 ~ 05
Guru sebagai seseorang yang bergelut di bidang pendidikan, hendaknya memikirkan bagaimana ia untuk mendinamisasi, mendorong, merangsang, menantang para siswanya untuk maju secara dinamis dan progresif mencapai goal-goal kecil yang mungkin hanya sebagai keberhasilan perantara, namun pada akhirnya dapat menjadi sebuah pencapaian target pembelajaran.
Ketulusan serta pengabdian guru dalam menjalankan tugasnya secara professional akan terbayarkan dengan melihat anak didik kita berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Jika diibaratkan, melihat anak didik kita sukses itu bagaikan mendapat sebuah hadiah, anugrah, kepuasan, kesenangan, sekaligus kebanggaan yang tiada tara.
Seiring berjalannya waktu pendidikan guru mulai bergeser tugasnya dari perbaikan sekolah menjadi perbaikan pendidikan. Perbaikan pendidikan mulai digalakkan dengan mengadakan bermacam sosialisasi kepada guru, pergantian kurikulum, dan menawarkan berbagai alternatif model pembelajaran (yang menurut saya belum tepat sasaran). Model pembelajaran yang banyak dikenalkan adalah model pembelajaran yang dipakai di luar negeri. Berhasil memang. Akan tetapi, kultur individu di negara kita dan negara mereka kan jauh sekali berbeda, sehingga dalam penerapannya di Indonesia masih ditemukan banyak kendala. Atau guru bisa saja mengadakan sedikit modifikasi terhadap model pembelajaran tersebut agar dapat diterapkan di Indonesia dan tentunya disesuaikan dengan kultur orang Indonesia.
Penelitian tindakan merupakan alternatif pengembangan dan perbaikan praktek pendidikan yang tidak hanya berbasis akademis, yaitu guru menerapkan temuan para pakar, sehingga kerja guru seperti dinilai berdasarkan kriteria teori-teori yang diambil dari filsafat, psikologi, sosiologi. Pada penelitian tindakan kinerja guru diukur melalui kriteria kegiatan praktek sehari-hari dalam pendidikan.
Penelitian akademis menempatkan pakar sebagai satu-satunya orang yang mengetahui bagaimana perbaikan pendidikan itu dilakukan sedang guru sebagai pelaksana perbaikan. Ini berbeda dengan pengembangan dan perbaikan praktek pendidikan melalui penelitian tindakan yang menempatkan guru sebagai pembaharu untuk tugas dan tanggung jawabnya sendiri dengan menggunakan kriteria prakteknya yang dilakukakn sehari-hari.
Latar Belakang Penelitian Tindakan
Ada dua jenis penelitian yang kita kenal, yaitu penelitian kuantitatif (positivistic) dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif menuntun peneliti untuk menguji sebuah teori sementara penelitian kualitatif justru membangun teori. Kedua terori ini dalam implementasinya tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan. Penelitian kuantitatif dalam proses generalisasinya meskipun dapat diterapkan pada populasinya, namun perlu juga melihat berbagai keterbatasan-keterbatasan dan berbagai prasarat penerapannya. Penelitian kualitatif bukan untuk diterapkan karena ia lebih bersifat explanatory atau menjelaskan berbagai pola atau bentuk, kondisi atau situasi. Penelitian kualitatif mungkin hanya menggambarkan, menjelaskan, memberikan informasi sebuah pola, prosedur, atau budaya tertentu dan itu adalah teori.
Di lingkungan pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kita mengenal Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), di institusi (Institution Action Research), dan sebagainya. Tujuan utama dari melakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar. Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru setelah melakukan penelitian tindakan kelas, maka ada tujuan penyerta dari pelaksanaan tindakan ini, yaitu berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian tindakan kelas itu berlangsung. Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktek pembelajaran secara reflektif, dan bukannya bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) berbeda dengan dua jenis penelitian yang lain (penelitian kuantitatif dan kualitatif). Di dalam Penelitian Tindakan Kelas tidak menggunakan hipotesis. Meskipun masih ada beberapa peneliti yang menggunakan hipotesis, akan tetapi hipotesis itu masih bersifat sangat lemah.
Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan oleh guru sendiri, atau bekerja sama dengan teman, kepala sekolah, atau dosen. Penelitian dilakukan pada interaksi belajar siswa, penggunaan metode mengajar, penggunaan metode mengajar, penggunaan media pengajaran, pendekatan evaluasi yang dilakukan, dan sebagainya. Dengan demikian penelitian tindakan untuk memperbaiki praktek-praktek pembelajaran menjadi lebih efektif.
Rasional Penelitian Tindakan Kelas
Seseorang yang ingin melakukan penelitian tindakan adalah orang yang ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Tindakan itu dilakukan melalui suatu proses dimana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Asas-asas Penelitian Tindakan
Ada enam asas yang menuntut pelaksanaan penelitian tindakan :
Kritik refleksif
Membuat kritik refleksif memiliki tiga langkah, yaitu: (a) mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat oleh peserta penelitian tindakan atau pihak berwenang, seperti catatan lapangan, transkrip wawancara, pernyataan tertulis darai peserta, atau dokumen resmi, (b) menjelaskan dasar refleksi catatan-catatan, sehingga (c) pernyataan dapat ditransformasi menjadi pernyataan sederet alternatif yang mungkin dapat disarankan, yang beberapa penafsiran tertentu tidak terpikir sebelumnya.
Disini peneliti diharapkan tidak langsung mempercayai data yang diperolehnya,maka perlu dilakukan refleksi data. Apakah data tersebut sudah benar-benar cocok dengan faktanya atau belum.
Kritik dialektis
Kritik dialektis dapat dilakukan dengan peneliti memusatkan pada salah satu atau tiga karakteristik dari perangkat gejala tersebut, yaitu : (a) terpisah tetapi dalam konteks hubungan yang perlu ada, (b) ika tetapi bhineka; peneliti peneliti perlu mencari keikaan diantara perbedaan yang tampak jelas dan kontradiksi yang tersembunyi dibalik keikaan yang tampak jelas, (c) cenderung berubah; peneliti menangkap isyarat bahwa sesuatu berubah di masa datang.
Sumber daya kolaboratif
Kolaborasi dapat dilakukan secara efektif, jika peneliti semenjak awal telah mengadakan berbagai kesepakatan dengan berbagai pihak yang dapat membantu dalam proses penelitiannya. Berbagai sudut pandang dari berbagai orang atau pengamat akan memberikan sudut pandang yang lebih komprehensif. Penggunaan kolaborasi bukan berarti memadukan semua sudut pandang untuk memperoleh kesepakatan melalui evaluasi. Ragam perbedaan sudut pandang dan persepsi akan memperkaya sumber daya dan melalui sumber daya itulah peneliti atau guru analisanya dapat bergerak bergeser keluar dari titik awal pribadi yang terhindarkan menuju gagasan yang secara antar pribadi telah dinegosiasikan. Dengan sudut pandang guru dapat dilengkapi termasuk sudut pandang siswa.
Dengan upaya kolaboratif, keobjektifan memiliki empat pengertian, yaitu : (a) proses kolaborasi berfungsi sebagai tantangan terhadap objektivitas seseorang, (b) proses kolaboratif melibatkan pemeriksaan hubungan antar data, (c) keluaran proses tersebut adalah sederet analisis yang didasari hubungan yang melekat dan diperlukan baik logis maupun empirik, (d) keluaran proses tersebut berupa usulan praktis yang didasari pemikiran objektif.
Resiko
Resiko dalam sebuah penelitian adalah melesetnya hipotesis. Kadang apa yang diperkirakan ternyata tidak sama dengan hasil penelitian kita gagal.
Struktur majemuk
Struktur majemuk ini berhubungan dengan gagasan bahwa gejala yang diteliti harus mencakup unsur pokok agar menyeluruh. Misal, jika penelitian menyangkut murid, teman, interaksi pembelajaran. Jadi kajian situasi harus mengandung data yang berhubungan dengan semua itu, karena masing-masing hanya dapat ditafsirkan dalam konteks yang diciptakan oleh unsur-unsur lain. Laporan majemuk ini dapat memenuhi dapat memenuhi kebutuhan berbagai kelompok pembaca.
Teori, praktek, transformasi.
Terpisahnya teori dan praktek dalam penelitian konvensioanl dijembatani oleh penelitian tindakan dengan meninggalkan konsepsi-konsepsi positivis tentang penelitian tindakan. Langkah pertama menekankan bahwa teori dan praktek bukan dua dunia yang berbeda, melainkan dua tahap yang berbeda yang saling bergantung dan mendukung proses perubahan
Karakteristik PTK
Semua penelitian berupaya memecahkan masalah. Dilihat dari masalah yang dipecahkan, penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakteristik diantaranya yaitu:
1.   An inqury of practice from within (Penelitian berawal dari kerisauan/kekhawatiran guru akan kinerjanya)
2.   Masalah yang diangkat dalam penelitian tindakan kelas harus berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Guru yang profesional akan merasakan dan mengakui apabila dia menghadapi permasalahan yang terkait dengan proses dan hasi pembelajaran, sehingga dia akan melakukan sesuatu. Menurut Suyanto (1997), tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang telah dilakukan selama mengajar di kelas. Bahkan bisa saja sebenarnya guru berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam kegiatan mengajar. Sehingga dibutuhkan orang lain untuk melihat apa yang dikerjakan guru dalam proses belajar mengajar di kelasnya
3.   Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri. Sebagai pengelola program di dalam kelas, guru merupakan sosok yang benar-benar mengenal tempat dia mengajar
4.   Self-reflective inquiry. Metode utama adalah refleksi diri, yang bersifat agak longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian.
5.   Dalam penelitian tindakan kelas harus ada tindakan-tindakan (aksi) yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.
6.   Penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif. Pendekatan kolaboratif menurut Joni (1997) diterapkan untuk menciptakan adanya hubungan kerja kesejawatan.
Kelebihan Penelitian Tindakan
Kelebihan penelitian tindakan menurut Shumsky, antara lain:
Kerja sama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki. Dengan melakukan kerjasama dalam suatu penelitian tindakan menumbuhkan rasa keterkaitan satu sama lain untuk mengembangkan ide-idenya secara kolaboratif dalam mencapai tujuan penelitian tersebut.
Kerja sama dalam PTK mendorong kreatifitas dan pemikiran kritis. Saling bekerjasama dengan berkolaborasi dengan teman sejawat atau lembaga dapat mendorong kreatifitas antar individu. Terciptanya pemikiran kritis yang timbul akibat sering bertukar pikiran.
Kerja sama meningkatkan kemungkinan untuk berubah. Dengan adanya dinamika kelompok banyak individu lebih cepat mengalami perubahan dibanding seseorang yang bukan anggota kelompok. Pada hakikatnya manusia menginginkan perubahan yang progresif, sehingga melalui penelitian ini akan mendorong individu anggota terlibat dalam perubahan konstruktif dan progresif.
Kerja sama dalam penelitian meningkatkan kesepakatan. Dalam setiap penelitian biasanya memiliki suatu kesepakatan yang ingin dicapai bersama. Dengan melakukan kerjasama dalam sebuah penelitian dapat meningkatkan kesepakatan, karena melalui kerja sama dalam penelitin tindakan orang terlatih mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan masalah.
Kekurangan Penelitian Tindakan
Kekurangan pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada pihak peneliti. Hal ini menyebabkan tindakan yang dilakukan bisa saja tidak maksimal, dan salah-salah akan berakibat fatal bagi siswa. Ini akan berakibat memberikan informasi yang salah atau keliru yang dapat menimbulkan salah konsep dalam pemikiran anak.
Penelitian tindakan memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala besar. Dalam hal ini, peneliti harus pintar dalam membagi waktunya antara melakukan tugas mengajarnya dan melakukan penelitian. Sehingga pada saat peneliti sedang melakukan tugas mengajar, ia juga haru mengkonsentrasikan tugas mengajar dengan melakukan penelitian.
Kelemahan tentang konsepsi proses kelompok. Dalam proses kelompok, pemimpin kelompok harus memperhatikan kebutuhan anggota kelompoknya. Sehingga proses kelompok dapat berjalan dengan baik dan tujuan dari proses kelompok dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Kesulitan mengajak orang untuk mengadakan perubahan. Setiap individu memiliki prinsip yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sebagian orang berpendapat bahwa perubahan itu bekerja keras dari keadaan yang sulit menjadi mapan. Bagi orang yang sudah merasa mapan, maka akan sulit sekali untuk mengadakan perubahan padanya.
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Inovasi Pembelajaran
Pengembangan Kurikulum di Tingkat Sekolah dan Kelas
Peningkatan Profesionalisme Guru
Penerapan Penelitian Tindakan Kelas
1.   Berangkatlah dari persoalan yang kecil dulu.
2.   Rencanakan penelitian tindakan secara cermat
3.   Susunlah jadwal yang realistik.
4.   Libatkan pihak lain buat pihak lain terkait dan terinformasi.
5.   Ciptakan sistem umpan balik.
6.   Buat jadwal penelitian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H