Mohon tunggu...
Mexy Baitanu
Mexy Baitanu Mohon Tunggu... -

always positif think and try to do the best every time

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teman Kecil yang Tak Pernah Mengeluh, Sebuah Kisah di Balik Tanggal 11 November 2011

16 November 2011   02:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:37 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udara pengap asap kendaraan melekat bersama debu jalanan menemani senja ku disore itu. Angin bertiup pelan menghembuskan dedaunan kesana kemari. Disekeliling ku, ratusan manusia ibu kota tengah sibuk sendiri dengan pikiran dan langkah mereka.

Depan ku berjejer beberapa metro mini kosong menunggu penumpang. Beberapa didalamnya sudah terisi dengan wajah-wajah letih sehabis bekerja ataupun wajah memelas dengan senyum mengiba dari raut para pengamen. Tampak pula segelintir pedangan asongan dengan semangatnya menawarkan dagangan.

ku amati sekeliling ku dari tempat duduk taman yang mengelilingi sebuah air mancur tak berair. Disamping ku, sekitar 3 kaki jaraknya, duduk juga dua perempuan yang tengah asik dengan obrolan mereka. Sepintas seperti ibu dan anak.

Yang lebih tua kira-kira berumur 40an. Dandanan menor dengan lipstick merah pucat tebal. Badan bahenolnya dibalut celana abu-abu ketat dan baju hitam lengan panjang yang tak kalah ketat dengan beberapa kancing dibiarkan terbuka. Rambut hitam gelombangnya dibiarkan terurai, berayun-ayun dibahunya ditiup sepoinya angin berdebu. Yang lebih muda, terlihat sangat dewasa dengan celana ketat dan baju kaos pas badan warna putih dibalut sweater pink mencolok. Dibahunya tergantung tas putih kusam. Rambutnya dibiarkan terurai. Dandanan menornya tak sepantas dengan wajah polos belianya. Ku pikir umurnya baru 15an tahun. Keduanya tengah asik ngobrol tanpa beban. Seumbar senyum centil dengan pandangan yang sesekali terarah kearah ku sempat membuat ku risih. Pikir ku, mereka sang pelacur yang menunggu malam untuk meneruskan hidup mereka besok.

Mataku melirik kesana kemari. Pikiran ku tak tau kemana. Sore itu, aku hanya menumpang tempat duduk untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Beberapa kali ku tengok jam di layar handphone. Sudah hampir magrip ternyata. Sebelum ku memutuskan untuk pulang, mataku menangkap dua sosok kusam tanpa alas kaki berlari naik salah satu metromini. Yang kecil sekitar 10thn, anak lelaki, memegang rebana dengan tas kecil melingkari badan nya. Mungkin kakak perempuannya disampingnya pikir ku, umurnya mungkin berkisar 12an. Anak-anak kecil itu beberapa kali naik turun metromini yang sedang menunggu penumpang. Bernyanyi dengan wajah ceria. Dimata polos keduanya tak terlihat sedikitpun keluhan. Tawa lepas bahagia mereka tak menandakan wajah penyesalan kenapa mereka harus dilahirkan untuk menjadi pengamen.

Sekilas, aku dibawa ingatanku pada wajah adik perempuan semata wayang ku dan pada senyum adik laki-laki bungsu ku. Mungkin karena sudah setahun lebih tidak melihat wajah mereka, atau hanya mungkin terbawa situasi ini, air mata ku menetes. Aku merindukan mereka. Aku merindukan keluarga ku.

Kupanggil kedua bocah itu. Kusodorkan segelas air mineral kemasan dan beberapa lembar pecahan uang yang disambut dengan senyum polos bahagia mereka.

“kalian lapar?” Tanya ku.

“iya om” jawab mereka.

Kupesen dua bungkus jajanan untuk mereka. Sambil menunggu, kuajak mereka bercerita. Dari situ, ku tau nama mereka. Yang satu Aji dan kakak nya Citra. Mereka ngamen setelah pulang sekolah. Namun rumah mereka amatlah jauh dari tempat ini.

“kita naik bus kesini om. Habis pulang sekolah” begitulah tuturan adji sambil meneguk sedikit air yang digengamannya.

Tak lama, kita berpisah. Sebelumnya ku ambil beberapa gambar dengan ponsel ku untuk ku kenang nantinya.

Kukembali ketempat duduk ku, dengan berbagai macam perasaan. Senang, bahagia, sedih, rindu…  entahlah.

Angin semakin kencang. Kulihat langit diatas ku mendung. Keadaan sekelilingku mulai gelap. Dua wanita pelacur tadi entah sudah kemana. Dari sini, kulihat dua bocah itu bernyanyi. Manusia disekelilingku bergerak cepat seakan takut akan malam. Aku pun mulai mengayuh langkahku menghampiri tumpangan ku dengan perasaan bahagia ku. Hari ini, aku mendapatkan cerita baru. Teman kecil baru ku yang mengajari ku tentang keiklasan tanpa pengeluhan. Hari itu terasa indah bagi ku. Terasa semakin berkesan dan sulit dilupakan bertepatan dengan tanggal 11 bulan 11 tahun 2011.

Terima kasih Tuhan. Engkau Bapa yang baik, mengajari ku banyak hal dari apa yang kulihat dan kudengar.

“Hidup memang berat dan tak selalu berjalan sesuai harapan. Saat masalah menghampiri, buanglah keluhan mu dan mulailah mencari solusi. Bergulat dengan pengeluhan tak akan menyelesaikan masalah” _ Mexy M Baitanu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun