Dulu, aku sangat percaya dengan kesan pertama. Ya, kalau aku bertemu dengan orang untuk pertama kali dan orang itu menyenangkan langsung saja aku merasa cocok dan tak segan menjadikannya teman. Begitu juga sebaliknya, jika orang yang pertama kali kutemui memberi kesan menyebalkan maka langsung saja kutinggalkan. Begitulah dulu aku menilai orang yang baru ketemu, hanya dari kesan pertama. Hingga akhirnya beberapa kali aku dikecewakan oleh orang yang memberi kesan pertama yang menyenangkan.
Sejak saat itulah aku mulai berhati-hati dalam berhubungan, dan tidak sepenuhnya percaya dengan kesan pertama. Orang yang memberi kesan menyenagkan saat awal perjumpaan, belum tentu orang tersebut benar-benar menyenangkan. Dan orang yang memberi kesan pertama menyebalkan, belum tentu orang tersebut benar-benar menyebalkan.
Sebagi contoh saja, disini aku tidak akan membicarakan seseorang pun, tapi aku mengambil contoh dari Kompasiana. Dulu, waktu pertama kali aku bertemu dengan Kompasiana, waktu itu Kompasiana sedang dalam keadaan baik (tidak sering error). Nah pada waktu itulah, aku sangat menyukai Kompasiana, karena Kompasiana memberiku kesan pertama yang menyenangkan. Hingga aku sering menulis pujian kepada Kompasiana dan berterima kasih yang teramat besar kepadanya.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, pujian yang kuberikan kepada Kompasiana berubah menjadi kekecewaan karena pada waktu yang berbeda Kompasiana mendadak sering error. Meski aku tidak mengungkapkan kekecewaan itu melalui tulisan namun aku langsung mengungkapkannya lewat mulut. Umpatan demi umpatan keluar dari mulutku tepat di depan halaman Kompasiana yang muncul di layar laptopku. Waktu itu aku patah hati, karena Kompasiana ternyata tak semenyenangkan seperti pada saat awal perjumpaan.
Begitu juga sebaliknya, mungkin beberapa Kompasianer yang bergabung untuk pertama kali dengan Kompasiana pada saat Kompasiana sedang dalam keadaan tidak baik (sering error). Mungkin mereka akan tidak suka, karena kesan pertama yang diberikan oleh Kompasiana merupakan kesan menyebalkan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, rasa sebal yang ditimbulkan pada saat awal perjumpaan tersebut lambat laun akan berganti dengan rasa suka cita. Karena seiring berjalannya waktu, performa Kompasiana semakin baik dan tidak sering error.
Dari situlah, aku berpendapat bahwa jangan sepenuhnya percaya dengan kesan pertama dan cepat menghakimi sesuatu dari kesan pertama. Kesan pertama yang menyenangkan belum tentu selamanya akan menyenangkan dan kesan pertama yang menyebalkan belum tentu selamanya akan menyebalkan. Maka dari itu, kita semua membutuhkan proses yang harus dilalui untuk membuktikan apa yang ditangkap dari kesan pertama, konsisten baik atau buruk? Ada perubahan positif atau negatif?
Namun bagaimana pun juga, kita tetap harus menjadi pribadi yang menyenangkan pada saat awal perjumpaan. Tapi, akan menjadi lebih indah lagi kalau kita tidak hanya menjadi pribadi yang menyenangkan untuk kesan pertama saja, tapi untuk sejak pertama perjumpaan hingga seterusnya kita tetap menjadi pribadi yang menyenangkan, dan semakin menyenangkan.
Saloom,
—Mex'r—
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H