[caption id="attachment_326197" align="aligncenter" width="512" caption="Masha and The Bear (www.liupis.com)"][/caption]
Selama ini tidak ada yang bisa membuatku tergerak untuk bangun pagi selain ada jadwal pertandingan atau ada jadwal latihan fisik pagi untuk atlet-atletku setiap hari Minggu. Selain ada jadwal tersebut aku tidak pernah bangun pagi. Namun selama 2 minggu terakhir ini aku jadi rajin bangun pagi gara-gara acara kartun di ANTV berjudul Masha and The Bear.
Ya, Masha and The Bear adalah serial kartun Rusia. Masha adalah sosok bayi perempuan yang menggemas terkadang menyebalkan namun pintar dan lucu. Masha merupakan karakter anak kecil yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Anak ini tidak akan berhenti berusaha sebelum dia mendapatkan jawaban atas pertanyan-pertanyan yang hinggap di benaknya. Saking besarnya rasa ingin tahu yang dimilikinya, sampai-sampai binatang-binatang yang ada di sekitarnya takut untuk bermain dengan Masha karena selalu diserbu oleh pertanyaan-pertanyaan darinya.
Masha bersahabat dengan beberapa binatang seperti kelinci, babi, serigala. Namun dari sekian banyak binatang, Beruanglah yang menjadi sahabat sejati Masha. Beruang merupakan karakter yang sabar dan selalu menginginkan kehidupan yang membuatnya damai. Namun kedamaian yang didambakan sang Beruang selalu diusik oleh kehadiran Masha.
Masha selalu "menggangu" sang Beruang. Mulai dari mengajaknya bermain, meminta mengajarinya belajar ilmu pengetahuan dan musik, mengacaukan rumah Beruang sampai merusak kencan Beruang dengan beruang betina. Namun inilah yang membuat film ini mernarik. Karakter Masha yang anak-anak banget kadang membuatku kesal sendiri, tertawa bahkan terharu dalam waktu yang bersamaan.
Melihat tingkah polah Masha, Beruang memang terkadang terlihat kesal, namun kesabaran sang Beruang yang selalu meladeni tingkah polah Masha merupakan nilai yang tak ternilai bagiku. Hal ini dapat menjadi inspirasi bagiku bagaimana caranya berinteraksi dengan anak kecil, sesuai dengan dunia yang aku geluti yaitu melatih tenis meja untuk anak-anak usia dini.
Hal ini menyadarkanku bahwa anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa yang bisa dipaksa untuk melakukan hal seperti orang dewasa. Mereka mempunyai dunianya sendiri, dunia yang telah lama ditinggalkan oleh orang dewasa atau bahkan orang dewasa telah lupa dengan dunia anak-anak seperti yang pernah mereka alami.
Anak-anak membutuhkan perhatian, kasih sayang serta kesabaran dalam menanganinya. Ya, mereka mempunyai dunianya sendiri yang telah lama kutinggalkan. Aku harus sabar menghadapi anak-anak. Aku harus mengurangi porsi marah-marah di tempat latihan hanya karena teknik-tenik pukulan anak-anak belum sesuai dengan harapanku. Masak sih kalah sama Beruang, hehehe.
Saloom,
—Mex'r—
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H