[caption id="attachment_117386" align="alignleft" width="110" caption="OmD"][/caption] ua mahasiswa menyanyikan "Keong Racun" cover, yang di upload di Youtube langsung meledak. Televisi yang notabene ujung tombak ikon kemodernan ikut memblow-up, ikut "terheran-heran" akan kecanggihan kedua mahasiswa itu. Karena televisipun ikut "tercengang" apalagi rakyat Indonesia lain yang memang baru melek teknologi. Banjir rejeki dengan "hanya" mengcover Keong Racunpun mengalirlah. Dipuja dimana-mana bak bintang yang berprestasi. Kedua mahasiswa itu seakan menjadi pelopor sebuah kesuksesan dan kemodernan dengan menggunakan internet sebagai medianya. Semua "terheran-heran" dengan "prestasi" itu. Akhirnya banjir rejeki. Tuhan sungguh mencintai negeri primitif ini. Dinegara asia lain yang sering kita sebut sebagai negara kecil, meng"cover" sebuah lagu dan menguploadnya di Internet (Youtube) sudah sangat lama mendahului namun Tuhan rupanya tidak terlalu mencintai mereka. Apa yang mereka kerjakan bahkan hanya menjadi barang yang biasa saja. Mungkin saat ini mereka yang lebih dahulu melakukan hal tersebut tetapi tidak seberuntung kedua mahasiswa tersebut pasti sudah mengiri. Covering lagu seperti itu di Indonesia dilakukan oleh mahasiswa, ikon kemajuan teknologi. Bagaimana dinegara lain?. ..... hal itu bahkan dilakukan hanya oleh seorang "pembantu"(?) Trimakasih Tuhan, Engkau begitu mencitai negeri kami yang primitif ini.
Lihatlah mereka yang tidak beruntung ini : Dok: Youtube (Brandyk0923) Bandingkan dengan yang di upload oleh Shintajojo berikut : dok : Youtube (shintajojo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H