Anda ingin tau artikel yang memenangkan loba blogging di Kompasiana? Inilah pemenangnya.
Kamis, 29 Juli 2010, jam 14.02.
Tanganku gemetar. Huruf di tut keybord menjadi kabur bahkan seakan menari. Otakkupun tidak bisa konsentrasi. Ketikan menjadi salah-salah. Dibenakku terbayang sekian ratus mungkin malah sekian ribu orang saat ini sedang duduk didepan komputernya. Jari mereka menari lincah mengetikkan kalimat demi kalimat. Terbayang betapa mereka sangat lancar menulis, ide meluncur dengan deras. Para penulis canggih pesaingku dalam lomba penulisan di Blogging Day Kompasiana hari ini menumpahkan segala kemampuan mereka, menumpahkan ide diotaknya kedalam tulisan. Saat terbayang kemampuan mereka yang mungkin jauh lebih baik dan canggih dariku, kadang menghentikanku menulis dan menyerah saja. Otakku makin bundel ide malah macet sementara tombol backspace dan del mungkin sudah mulai marah karena terlalu sering kupencet. Waktu terus berlalu .... tik ...tak.... tik... tak ... melaju kencang sekencang degub jantungku membayangkan semua itu. Sementara jari-jari bukannya bertambah lincah dan cepat menekan tut seperti cepatnya waktu berlalu, tetapi malah tok ...tok .... terhenti, dan ....tok ..... tok .... terhenti lagi. Wah ... bagaimana ini. Apa yang sedang mereka kerjakan saat ini. Apa mereka mengalami seperti yang kurasakan saat ini. Ah ... mungkin mereka juga sepertiku, mungkin malah lebih bingung lagi, ya ... semoga berekapun buntu idenya, doa kecil jahat yang meluncur meski aku sendiri meragukan. Es teh pun tinggal seperempat gelas, hanya dalam waktu seperempat jam bajuku basah oleh keringat, es teh pun tidak mampu mendinginkan badanku yang terasa panas.
Semalaman sudah kususun semua judul, pokok bahasan dan alur isi tulisan yang ingin aku sertakan agar mudah dalam memaparkannya dan menghasilkan tulisan yang runtust dan jelas isinya. Sudah sekian menit masih saja tulisanku mirip daftar isi sebuah buku. Bolak-balik memandang ke layar komputer dan ke tut keybord namun masih saja jari ini kelu tak bergerak. Hari-hari sebelumnya aku masih bisa menggunakan delapan jariku untuk mengetik, kini hanya dua yang berfungsi, telunjuk kanan dan kiri, sementara jari yang lain aku larang ikut campur karena sedari tadi selalu membuat kesalahan saja. Tukang ketik kelurahan barangkali masih lebih baik dariku dalam mengetik saat ini.
Ah mengapa memikirkan mereka, meskipun mereka itu para penulis hebat belum tentu punya ide yang lebih baik dariku. Semalam sudah sangat banyak ide tulisan yang sudah kudapat . Sekarang tinggal penumpahkannya saja, apa sulitnya. Ideku orisinil, asli dari otakku yang memang jarang kutuangkan kedalam tulisan, mereka mungkin sudah sering menulis, ini akan menyebabkan ide mereka mungkin malah tidak seasli ideku karena mereka bisa saja pernah menuliskan idenya itu ditempat lain dan kini ditulis lagi di Kompasiana. Buat apa takut.
Jari-jaripun mulai sedikit lancar, kelingking dan jari tengah yang sedari tadi nganggur mulai kuperintahkan ikut bekerja. Suara ketukan tut keyboard mulai terdengar teratur dan indah.Tik .. tok .... tik ...tok .... pletak, tik .. tok ... tik ... tok ...pletak ... suara tut spasi ikut memberi warna indahnya bunyi ketikanku.
Nah pikiran mulai terbuka, bayangan orangorang yang sibuk mengetik didepan komputernya mulai menghilang, mulai terlihat cerita dan tulisan indah dalam benak yang mulai berluncuran seperti pesta kembang api. Semuanya mulai nampak berwarna diiringi ketukan teratur suara beradunya jari dan tut keyboar.
Memilih tema, menentukan judul, menguraikan pokok tulisan yang telah aku susun sebelumnya, menyusun kalimat yang baik tapi enak dibaca, membaca kembali apa yang sudah tertulis dan mengedit bagian yang salah, mereview dan mencocokan kembali alur dan pokok tulisan agar tidak melenceng kemana-mana,. Sekali-sekali menambahkan ide kecil yang muncul tiba-tiba, menyesuaikan dan meneliti kembali alur tulisan agar tidak malah kacau karena adanya ide spontan yang kutambahkan. Akhirnya menuntaskan semua pokok pikiran dan menumpahkannya dalam sebuah tulisan yang utuh dan memiliki isi dan arti yang kuharap bisa memberi sesuatu informasi pada pembaca nanti. Aku tidak perduli lagi dengan bayangan orang-orang lain yang tentu juga sibuk mengetik ditempat lain saat ini. Aku hanya memikirkan apa yang semalam dan saat ini ada di benakku tidak perduli lagi menang atau kalah, aku ingin menulis, menumpahkan ideku dalam tulisan yang runtut, jelas, bahasa yang baik tetapi enak dibaca serta informatif .
Ah .... akhirnya selesai juga satu tulisan. Kubaca ulang dari atas, pelan-pelan sambil membayangkan sebagai orang lain yang membaca. Apakah isi tulisanku bisa dimengerti oleh mereka nanti. Sedikit koreksi disana-sini. Menautkan referensi dan tautan pada bagian-bagian yang mungkin perlu penjelasan lebih jauh agar memperoleh gambaran dan informasi yang lebih komplit. Ah ada beberapa tulisan dan huruf yang salah, harus diperbaiki.
Nah selesai sudah. Cek untuk terakhir kalinya. Kubaca kembali dari atas sampai kebawah. Yah ... tulisan ini sudah sempurna menurutku, judul yang nyambung dengan isi namun cukup menarik dan menggelitik. Bahasa yang ringan namun tidak meninggalkan tatabahasa yang benar. Alur pikiran dan ide yang runtut yang bisa membawa pembaca pada aliran informasi yang mudah ditangkap dengan jelas, kata dan kalimat yang tidak salah-salah ketik yang akhirnya akan membawa pembacaku pada pencerahan namun tidak merasakan telah membaca tulisanku yang panjang, dan akhirnya selesai.
Itulah artikel pemenang Lomba Blogging Kompasiana.
Seandainya...... seandainya..... saat itu si penulis bisa login dan bisa ikutan menyertakan naskah itu..... sayang si penulis tidak bisa masuk .... sulit masuk .... gagal masuk ..... akhirnya ....lemes diluar.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H