Mohon tunggu...
Gerard Widy
Gerard Widy Mohon Tunggu... lainnya -

Firdaus - Dunia - Surga (neraka dimana?)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta, Sex dan Keturunan

6 April 2010   07:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:57 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

etiganya adalah rangkaian yang tidak terputus. Apa yang kalian rasakan ketika mencintai seseorang?. Yang dimaksud cinta disini bukanlah sekedar rasa suka pada seseorang dan ingin memilikinya saja (terutama pada lawan jenis), tetapi sebuah keputusan yang berasal dari nurani untuk "hanya Memberi" pada pasangan kita. Kalau cintamu sudah seperti yang kumaksud maka keinginan yang ada

hanya selalu  ingin memberi, yakni memberi perlindungan, kesabaran, maaf, perhatian, waktu sampai materi, memberi segala yang dia perlukanmya dan kamu mampu memberinya. Pada tahap ini rasanya segala beban yang diderita oleh pasangan, kita ingin sekali mengambil alih untuk menanggungnya supaya pasangan kita terbebas dari segala bebannya dan beralih pada diri kita, indah sekali bukan.

[caption id="attachment_111827" align="alignleft" width="130" caption="Dok : Google Picture"][/caption]

Rasanya kita tidak ingin pasangan yang kita cintai itu menanggung rasa sakit baik fisik maupun psikis. Kita iingin pasanagan kita hanya merasakan kenyamanan dan terbebas dari segala bebannya. Tetapi sebagai manusia kita dan pasangan kita memiliki fisik dan psikis yang terpisah sehingga tidak mungkin kita mengambil alih semua bebannya. Ketika dia menderita sakit badannya, kita tidak bisa mengambil alih raasa sakit itu, karena badan kita dan dia jelas terpisah. Ketika dia sedih hatinya, kita tidak mungkin mengambil alih kesedihan itu karena jelas hati kita masing-masing terpisah juga. Bayangkan seandainya kita dan pasangan kita itu dua buah titik air, tentu tidak sulit bagi keduanya untuk bersatu, dari dua titik air menjadi satu titik air yang merupakan gabungan dari keduanya. Kalau sudah bersatu seperti itu, tentu akan sangat mudah kita ikut merasakan, menanggung bahkan mengambil alih semua rasa dan beban yang di derita pasangan kita karena fisik kita, yang nota bene dua titik air itu  sekarang sudah bersatu. Tapi fisik dan psikis kita bukanlah dua titik air, tetapi dua tubuh dan hati yang jelas terpisah. Nah penyatuan yang paling erat dari kedua fisik dan psikis kita (seperti bersatunya kedua bintik air itu) hanya bisa kita lakukan yakni pada saat kita melakukan hubungan sex. Dalam hubungan sex yang didasarkan rasa cinta keduanya (bukan sekedar nafsu dari dua mahluk lawan jenis, tetapi cinta tersebut tetap cinta eros, bukan cinta yang agape) itulah terjadi penyatuan fisik dan psikis kedua pasangan. Dalam hubungan inilah rasanya kita ingin menyatu secara fisik dan psikis dengan pasangan kita agar semua yang dialami dan dirasakannya bisa pula kita rasakan. Apakah ada penyatuan terutama secara fisik antara keduanya yang lebih erat dan baik dari pada sebuah hubungan sex? Jadi sex disini bukanlah sekedar pelampiasan sebuah hasrat syahwat saja, tetapi puncak penyatuan baik fisik maupun psikis dari sebuah pasangan. Dari niatan yang tulus, mulia dan indah dari pasangan tadi , ( yang diwujudkan dalam hubungan sex), Tuhan yang begitu cintanya pada manusia mengkaruniakan sebuah rasa nikmat dari sebuah hubungan sex dalam bentuk orgasme keduanya. Thanks God.... Lagi-lagi Tuhan belum puas memberikan karunia pada kedua pasangan tadi. Tidak hanya sekedar rasa nikmat dalam morgasme saja, Tuhan masih memberikan karunia berikutnya dari hunbungan sex yang indah tersebut, yakni lahirnya seorang anak, keturunan. Dalam diri anak kitalah kita bisa melihat ujud fisik dari cinta kita pada pasangan .... hmmmm indah sekali bukan.

Jadi jelaslah sekarang bahwa antara Cinta, Sex dan Keturnan merupakan sebuah rangkaian yang tidak terputus.......

Sanggupkah kita mencintai.................... tidak mudah.... kita kadang hanya ingin memiliki, menguasai dan memonopolinya pasangan kita itu dengan kata cinta, tetapi tidak benar-benar mencintai.... hanya ingin memiliki............

Tidak gampang untuk mencintai....... help me God...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun