Mohon tunggu...
Meutya Dewi Rahman
Meutya Dewi Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - FDIKOM - Pengembangan Masyarakat Islam

Mahasiswa Semester 1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembinaan Keluarga Sakinah di Era Globalisasi

2 November 2024   16:38 Diperbarui: 2 November 2024   16:53 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam bahasa Arab, kata "Sakinah" mengandung makna tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, dan mendapatkan pembelaan. Istilah ini diambil dari Q.S. al-Rum: 21, yang menyatakan "litaskunu ilaiha," yang berarti agar manusia merasakan ketentraman satu sama lain. Oleh karena itu, keluarga sakinah dapat diartikan sebagai keluarga di mana setiap anggotanya merasakan cinta, keamanan, ketentraman, perlindungan, kebahagiaan, keberkahan, serta saling menghargai dan dipercaya, dengan rahmat dari Allah SWT.

Sebaliknya, lawan dari ketenangan adalah keguncangan, keresahan, dan kehancuran. Keluarga sakinah adalah keluarga yang memiliki ketenangan, keamanan, dan kedamaian di antara anggotanya. Dalam keluarga yang sakinah, suasana berbeda dengan keluarga yang dipenuhi oleh keresahan, kecurigaan, dan konflik.

Dengan adanya ketenangan dan rasa aman, keguncangan dalam keluarga dapat dihindari. Setiap anggota dapat berpikir jernih dan mencari solusi yang tepat. Tanpa ketenangan, akan sulit untuk berdiskusi dengan baik, yang justru bisa mengarah pada perdebatan dan pertikaian yang tidak menyelesaikan masalah. Konflik dalam keluarga akan lebih mudah terjadi tanpa adanya sakinah di dalamnya. (Zuhrah, 2022, p. 71)

Untuk mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah tentu saja memerlukan usaha yang keras, konsisten dan berkesinambungan. (Basri, 1999) Oleh karena itu dalam mencapai sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, perlu memahami terlebih dahulu apa hakekat dan tujuan dari sebuah keluarga, baru kemudian dilanjutkan dengan bagaimana cara membangun sebuah keluarga yang sakinah. (asman, 2020)

Membina keluarga sakinah di era globalisasi memerlukan sinergi antara nilai-nilai tradisional dan adaptasi terhadap perubahan zaman, melalui komunikasi yang terbuka, pendidikan moral, kegiatan bersama, dan dukungan emosional, agar dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling mendukung di tengah tantangan modern. Islam menjadikan keluarga sebagai tempat untuk menjaga diri, yaitu menciptakan ketentraman dan keselamatan dari segala bentuk kejahatan yang ditimbulkan oleh orang lain, sehingga keluarga harus dijadikan tempat tinggal yang penuh dengan kebahagiaan agar seluruh anggota keluarga betah di rumah dan selalu merindui. Sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 80:

Artinya: Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).

Untuk mewujudkan keluarga yang ideal, suami dan istri perlu bersama-sama menjaga cinta yang merupakan anugerah dari Allah. Kualitas hubungan antara suami dan istri sangat berpengaruh terhadap terciptanya keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Keluarga sakinah mencerminkan keharmonisan dan idealitas, dengan anggota keluarga yang memiliki karakter baik secara spiritual serta terpenuhinya kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Kehidupan suami istri adalah kunci kebahagiaan di dunia, jadi penting untuk menciptakan keluarga yang bahagia agar hidup di dunia ini juga menyenangkan. (Abdurrahman, 2000, p. 21)

Adapun berbagai tantangan dalam membangun keluarga sakinah di era global saat ini adalah menghadapi "penyakit manusia modern." Dalam konteks modern, banyak godaan yang merasuki kehidupan rumah tangga, terutama melalui teknologi komunikasi dan informasi yang canggih. Sejak usia dini, anak-anak sering terpapar berbagai budaya yang menyimpang dari norma sosial dan agama melalui media ini. Situasi ini membuat peran pendidikan dalam keluarga menjadi kurang efektif.

Oleh karena itu Adapun angkah-langkah dalam membangun sebuah keluarga yang sakinah yaitu:

  • Membangun kehidupan beragama dalam keluarga sangat penting karena agama mengandung norma dan nilai moral yang memandu kehidupan. Penelitian yang dilakukan oleh kedua profesor tersebut menunjukkan bahwa keluarga yang tidak memiliki nilai-nilai religius, atau yang memiliki komitmen agama lemah, berisiko empat kali lebih besar untuk tidak menjadi keluarga yang bahagia atau sakinah. Hal ini dapat berujung pada masalah seperti perceraian, perpisahan, ketidaksetiaan, atau kecanduan alkohol.
  • Melakukan aktivitas bersama keluarga merupakan hal yang penting, dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan rekreasi. Kebersamaan ini bertujuan untuk menjaga keharmonisan keluarga. Terkadang, suami perlu menyediakan waktu khusus hanya untuk istri, tanpa kehadiran anak-anak.
  • Interaksi antar anggota keluarga harus mampu menciptakan hubungan yang harmonis, dengan adanya komunikasi yang baik, demokratis, dan saling menguntungkan.
  • Membangun hubungan yang baik antar anggota keluarga dengan saling menghargai. Seorang anak seharusnya menghargai tindakan ayahnya, sementara ayah pun perlu menghargai prestasi anak-anaknya. Demikian pula, istri menghargai sikap suami dan sebaliknya.
  • Persatuan dalam keluarga sangat penting untuk memperkuat struktur rumah tangga. Ini dapat dilakukan dengan segera menyelesaikan masalah sekecil apa pun yang muncul, agar hubungan di dalam keluarga tetap erat. Keluarga sebagai unit terkecil tidak boleh terpisah, karena ketidakrapatan hubungan bisa mengakibatkan kerentanan.
  • Ketika terjadi krisis atau konflik dalam keluarga prioritas utama adalah menjaga keutuhan rumah tangga. Rumah tangga harus dipertahankan dengan sekuat tenaga. Hal ini dilakukan dengan menghadapi masalah dengan tenang dan tidak emosional, sehingga bisa menemukan solusi yang diterima oleh semua pihak. Hindari mengambil jalan pintas dengan keputusan untuk bercerai. (Hawari, 1997, pp. 237-240)

Maka dari itu untuk mencapai keluarga sakinah, yaitu keluarga yang tenang, aman, dan penuh kasih, diperlukan usaha bersama antara suami dan istri untuk menjaga hubungan yang berkualitas. Keluarga yang sakinah menciptakan lingkungan yang harmonis dengan saling menghargai dan mendukung, serta terpenuhinya kebutuhan dasar. Di tengah tantangan modern, seperti pengaruh teknologi dan budaya yang menyimpang, penting bagi keluarga untuk menerapkan nilai-nilai agama, berkomunikasi secara terbuka, dan berpartisipasi dalam aktivitas bersama. Dengan cara ini, keluarga dapat menghindari konflik dan membangun ketenangan yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun