Saya sendiri sempat bertanya pada  beliau apa motivasinya untuk mendirikan PAUD dan TK di tempat yang bisa dikatakan 'ndesani' jauh dari kata mewah sebuah kota, sebab persepsi saya, jika beliau mendirikan PAUD dan TK di kota, tentu bantuan untuk beliau pasti akan mengalir dengan deras, bukankah di kota nama beliau sudah 'harum'.
Namun sekali lagi jawaban beliau membuat saya terkagum-kagum, Â "Mesakke mbak, disini anak-anak tidak mengenal pendidikan usia dini, padahal itu yang mereka butuhkan."
Sederhana bukan jawabannya.?. Dari kata-kata mas Jaka tersebut, saya bisa menilai, bahwa beliau memahami akan pentingnya pengenalan dan pembentukan karakter bagi anak-anak usia BALITA, sebab dari situlah fondasi awal bagi tumbuh kembang anak-anak tersebut, dan pilihan beliau untuk mendirikan di tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota bukan tanpa alasan, rasa kemanusiaan dan kasih sayang lah yang mendasarinya.Â
Apakah dengan kalimat sederhana yang mas Jaka lontarkan itu, semua menjadi sederhana bagi beliau dan rekan-rekan seperjuagannya? Jawabannya adalah tidak! Rupanya mereka tidak memiliki cukup dana  untuk bisa mendirikan sekolah PAUD dan TK yang sempurna dan nyaman, mereka masih harus mencari dana sendiri supaya sekolah tersebut bisa terwujud sesuai impian dan harapan yang diidamkan. Â
Disinilah sekali lagi ketangguhan mas Jaka teruji, dengan penuh semangat beliau mencari dana untuk sekolah impian tersebut, bahkan beliau rela menyanyi dengan 'band' nya dari satu panggung ke panggung lainnya, honor yang beliau terima dialokasikan untuk pembangunan dan operasional sekolah itu. Bahkan honor pribadi beliau sebagai ilustrator pun beliau gunakan untuk pembiayaan sekolah tersebut.
Setiap hari salah satu kegiatan yang menarik di sekolah itu adalah sarapan pagi, tujuannya sederhana yaitu untuk mengenalkan anak-anak di daerah itu terhadap makanan 4 sehat 5 sempurna, meski terkadang 5 nya belum sempurna.
Namun mas Jaka dan rekan-rekannya berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi pemenuhan gizi untuk anak-anak tersebut. kata beliau " menune mung sederhana wae, sayur, tahu kadang tempe sama nasi, tapi yang penting, anak-anak mengenal sayur dan terbiasa makan yang sehat.".
Mungkin bagi orang lain, apa yang dilakukan mas Jaka adalah hal yang biasa, karena bukankah sekolah PAUD dan TK di kota besar  dan di desa lainnya sudah menerapkan hal yang sama? Â
Tapi yang harus kita cermati adalah perjuangan beliau dari yang  terbatas secara fisik  dan biaya mampu mempunyai sebuah kekuatan yang besar untuk mendirikan sebuah sekolah dan merubah sebuah kebiasaan masyrakat setempat  melalui bidang pendidikan.
Bagi saya, itulah persamaan mas Jaka dengan Hellen Keller, keduanya memiliki keterbatasan fisik namun keduanya menjadi hebat dengan semua 'keterbatasannya', keduanya mampu menjadi inspirasi bagi setiap individu yang mengenalnya.
Jjika Hellen Keller dikenal dan dikenang melalui kisah hidup dan pemikirannya yang di bukukan, maka mas Jaka akan dikenal sebagai seorang tokoh ilustrator sekaligus sebagai seorang  pendidik untuk PAUD  dan TK Yasmin. Â