"Tapi kalau kamu terus-terusan melihat ke arah belakang, ketika kamu menoleh, kamu mungkin bisa tertabrak." lanjutnya.
"Memang segalanya harus seimbang, ya..." ucapku yang hanya dibalas oleh anggukan pria itu.
"Tapi... apa yang kamu katakan tadi soal hujan, memang benar, kok."
"Hujan memang selalu mengingatkanku akan masa-masa terburuk dalam hidupku."
"Boleh aku bertanya kenapa?" tanyanya.
"Sejak kecil, aku selalu ingin menjadi pelukis. Akan tetapi, kedua orang tuaku dan pacarku tidak mendukungku. Mereka sama-sama bilang menjadi pelukis itu tidak berguna dan tidak akan sukses. Dan, tebak apa yang terjadi setelah itu? turunlah hujan." Aku tertawa kecil, mengingat kembali kejadian itu.
"Rasanya setelah hal buruk terjadi kepadaku, hujan akan turun. Dan itu membuatku semakin membenci hujan. Kedengarannya konyol, tapi yah, itu lah yang kurasakan."
"Mungkin mereka benar. Aku memang sebaiknya menyerah saja."
"Ah, maaf, aku tidak bermaksud sambat kepadamu."
"Tak apa, terimakasih sudah bercerita. Itu pasti terasa berat untukmu." celetuknya.Â
"Aku mungkin bukan orang yang tepat yang dapat memberikanmu nasihat yang membantu, tapi..."