Mohon tunggu...
Meuthia Fadhila
Meuthia Fadhila Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sembilanbelas. mahasiswi. penyuka malam dan kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Makassar Maghrib

28 September 2012   12:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:32 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima, hiruk pikuk kendaraan makin padat. Kendaraan roda dua makin menyusup jalan diantara truk, mobil dan puluhan angkutan umum.Kendaraan roda empat pun tak mau kalah, saling beradu klakson bagi kendaraan apa saja yang menghalangi jalannya.


Penuh peluh dan kebosanan..Yah,seperti itu lah. Semuanya ingin cepat pulang merebahkan kepenatan akan aktivitas yang cukup memeras badan hari ini.
Aku berdiri di sisi jalan menunggu angkutan umum yang ingin kutumpangi menuju pulang. Aku segera melambaikan tangan ketika pete-pete dengan aksen biru muda dan pink yang sudah muncul di ambang jalan.
Aku melihat sekilas penumpang didalamnya, yah..cukup penuh. Namun ,masih bisa menyempitkan diri diantara sesakan macam-macam keringat . Mau diapa lagi, waktu sudah maghrib.Aku ingin cepat pulang.. pamali katanya kalau maghrib belum ada dirumah. Tiba-tiba aku teringat pada masa kecilku, ketika aku sedang girangnya  bermain dengan anak tetangga dan sejenak saja langsung disuruh pulang ke rumah. Tak jarang mendapat omelan ,karena keasyikan lupa waktu tatkala sore sudah mulai gelap.


Aku memperbaiki posisi dudukku diantara himpitan para penumpang-penumpang lain. Iseng saja, aku mulai memperhatikan gerak -gerik dan penampilan mereka. Yang duduk di hadapanku, seorang wanita. Tampaknya pegawai bank atau karyawati swasta. Kelihatan dari busana seragam biru tuanya yang dipadu padankan dengan rok mini hitam. Mukanya tampak lelah ,meski polesan make up dan sanggulan rambutnya masih tertata dengan baik. Dia masih mending, daripada lelaki yang duduk paling sudut belakang. Saking kelelahannya,ia tertidur dengan pulas dengan ganjalan lengan kirinya sebagai sanggahan kepalanya. Dari penampilannya tampaknya seorang mahasiswa, seperti ku. Mungkin dua tingkat di atasku. Ibu-ibu berbaju dinas yang duduk disampingku tak kalah capeknya , dua kantong putih besar berisi belanjaan ia genggam di depannya. Ia pasti sangat kelelahan, selain menjadi pegawai negeri sipil ia juga merupakan seorang ibu rumah tangga. Bisa ku tebak dari isi belanjaannya yang merupakan produk-produk khas kebutuhan rumah tangga, sebut saja susu instan , bumbu penyedap ,minyak goreng dan lain sebagainya dan seterusnya.

Tak jauh beda dengan anak SMA yang berada disamping kiri ku, tangan kirinya memegang tumpukan dua buku pelajaran diatas pahanya sedangkan tangan kanannya sibuk memijit tombol hape. Sepertinya dia sedang asyik BBMan . Dibalik kelelahannya ia menyibukkan diri dengan bergadget ria,walau dari tampilannya begitu kucel dan kusut. Rambut panjangnya tampak lepek dan berbau keringat. Semuanya gerah ,letih dan dilanda kebosanan. Tidak ada semburat wajah ceria dan kegembiraan. Lesu dan tidak bersemengat.


Supir pete-pete rupanya tak kalah lelahnya. Ia mengemudi  lebih ngebut dan ketika melihat calon penumpang lain yang melambaikan tangan ,ia langsung mengerem sehingga badan kami, para penumpang , refleks melayang  ke depan.Untung tanganku memegang erat di sisi jok panjang .
Supir pete -pete pun tampaknya ingin juga cepat pulang ke rumah, memberikan sejumput uang receh hasil narik nya hari ini kepada anak istrinya yang sedang kelaparan (mungkin) dan menunggunya di rumah. Tak jarang jika kesabaran mereka hilang, mereka akan membunyikan klakson panjang dengan bunyi yang menurutku  aneh,jika kendaraan yang didepannya tidak maju-maju  atau bahkan meneriakinya  dengan sumpah serapah dengan bahasa yang kurang ku mengerti.

Ahh..sedari tadi aku hanya memperhatikan orang-orang. Lihat saja diriku ini..Mukaku tampak berminyak dan lesu. Aku cuek saja,  jam segini untuk siapa aku berdandan?toh sampai dirumah akan langsung mandi dan menuntaskan peluh keringat yang menempel lekat di badan. Sungguh tak enak. Badanku serasa ingin rontok. Jadwal kuliah dari pagi sampai sore ditambah embel-embel kegiatan kampus cukup meletihkan badanku, setidaknya kepadatan jadwalku itu telah cukup menyita pikiranku ,sehingga tidak ada ruang lagi untuk memikirkan si dia. Okelah si dia lagi ,seandainya saja ia sudi mengantarku pulang.  Aku mengerti, ia mungkin sedang tak bisa mengantarku pulang seperti biasanya.Ahh sial, dalam suasana begini aku malah mengingatnya lagi.

Suasana maghrib cukup padat. Hari kian gelap. Lampu-lampu jalan mulai berpendar temaram. Kendaraan mulai hilir mudik menyesaki jalanan yang kian padat. Warung-warung di pinggir jalan ada yang mulai menutup gulungan terpalnya ada pula yang baru buka dan menyalakan lampu kecilnya.Alunan lagu yang diputar sopir pete-pete makin dalam dan syahdu. Makin petang makin lawas nan melayu.
Yah,suasana ini cukup ku menikmati ..Makassar Maghrib..
Aku ingin segera tiba di rumah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun