Mohon tunggu...
Meurahhaffra
Meurahhaffra Mohon Tunggu... -

Belajar terus dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengeluh dan Bersyukur

3 Oktober 2013   00:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:05 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seandainya setiap ada koruptor yang tertangkap dan kita selalu mendo'akan supaya koruptor itu bertaubatMungkin KPK akan dibubarkan kali ya? Saya merasakan sendiri ketika listrik mati maka PLN akan menjadi sasaran sumpah serapah saya. Bila ada 1000 orang seperti saya, maka itu akan menjadi doa yang makbul. Pastas saja PLN tidak pernah benar.

Mengeluh lebih dominan ketimbang bersyukur di negeri tercinta ini, dan Tuhan telah menerima keluhan itu sebagai do’a. Jadi jangan terlalu berharap banyak, akan perubahan negeri ini ke arah yang baik, selama keluhan masih menghinggapi pikiran kita. Dan anehnya kita sering mengeluh kepada sesuatu yang belum tentu benar, hanya kata orang.

Tidak perlu menyalahkan pemerintah bila keadaan terkondisi begini. Karena sikap kitalah yang menentukan bagaimana nasib bangsa ini. Bila kita berpikir besar maka besarlah bangsa ini, demikian juga sebaliknya. Bersyukurlah apapun yang kita terima karena bersyukur akan membuat kita lebih optimis. Albert Einsten mengatakan, “Hanya ada dua cara menjalani kehidupan kita. Pertama adalah seolah tidak ada keajaiban. Kedua adalah seolah segala sesuatu adalah keajaiban”

Satu lagi kebiasaan bangsa kita adalah sering sekali mengeluh kepada hal-hal yang kecil. Mengeluh kesombongan tetangga, orang-orang narsis, manusia sok tahu, yang tidak ada hubungannya dengan progres kehidupan kita. Biarkan saja mereka berbuat suka hatinya selama tidak merugikan bagi orang lain. Bila kita tidak tahan dengan tingkah mereka, ya doakan supaya mereka bisa berubah. Tidak perlu mengeluh.

Janganlah mengeluh tidak punya sepatu, tapi lihatlah orang yang tidak punya kaki. Maka anda akan bersyukur apa yang anda miliki. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun