Mohon tunggu...
mety angriani
mety angriani Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswi di Universitas Multimedia Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Syukurilah Apa Yang Ada

16 Januari 2011   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi yang terik menyinari ruang kamar tidur Rina. Bunyi jam alarm yang nyaring membangunkan Rina yang masih tidur pulas. Rina adalah seorang accounting di salah satu perusahaan terbesar di Jakarta. Dengan pekerjaannya sebagai seorang accounting, Rina banyak tugas yang harus diurus. Belum lagi membereskan rumah dan menjaga adiknya, Resti yang masih duduk di Sekolah Menengah Atas. Orang tua mereka telah meninggal waktu Rina dan Resti 4 tahun lalu. Sehingga meninggalkan tanggung jawab orang tua ke Rina untuk mengurus Resti yang masih kecil. Rina lelah dengan kegiatannya sehari-hari. Kegiatan sehari-hari Rina bekerja dan menjemput Resti dari sekolahnya, setelah itu membersihkan rumah dan menyiapkan makan malam jika pembantu tidak ada. Karena kesibukannya ini, Rina tidak bisa memanjakan diri. Siang hari yang terik, membuat Rina bercucuran keringat mengendarai motornya. Rina pergi ke kantor seperti biasanya. Kantor tempat Rina bekerja cukup jauh dan lumayan makan waktu lama karena kemacetan Jakarta. Sesampai di kantor, Rina bertemu sahabat setianya Shinta. Belum juga beristirahat sejenak dari perjalanan, Shinta memberitahu Rina kabar buruk. Bos meminta laporan keuangan yang harusnya diberikan besok mendadak. Rina lupa membawa laporan itu. Sehingga mau tidak mau, Rina hanya pasrah dengan keajaiban. Selesai dengan urusan bosnya, ternyata bos salah meminta laporan. Beruntunglah Rina, dia tidak jadi dimarahi. Rina bercerita kepada sahabatnya, Shinta. Rina mengeluh dengan kehidupannya, andaikan hidupnya santai, tidak ada tugas, tidak ada pekerjaan rumah, betapa bahagianya dia. Shinta meminta Rina bersyukur apa yang dia miliki, karena belum tentu apa yang dia miliki orang lain punya. Tiba-tiba shinta teringat mitos tentang sumur pengabul permohonan di suatu desa. Shinta mendengar mitos tersebut dari tetangga-tetangganya yang pernah berkunjung kesana. Mendengar mitos tersebut, terbesitlah keinginan Rina untuk mengajukan permohonannya di sumur tersebut. Keesokan harinya, Rina meminta izin untuk pergi ke desa tempat sumur tersebut berada. desa tersebut berada jauh dari kota tempat dia tinggal. Desa itu sangat indah, tempatnya damai dan masih banyak pepohonan yang indah tidak seperti ibukota Jakarta. Rina sangat menikmati perjalanannya. Sesampai di desa, Rina bertanya-tanya dengan penduduk sana, dimana sumur itu berada. Sumur itu ternyata tak jauh dari pemukiman penduduk disana. Rina berjalan kaki sambil menikmati pemandangan sekitar. Tak lama kemudian, sampailah Rina di sumur tersebut.32 Sumur tersebut tertulis "Apa yang kamu minta, tolong dipahami". Membaca hal tersebut Rina agak ragu dengan permohonannya. Tetap dilakukannya doa permohonannya, sambil melempar koin untuk meminta permohonan. Dalam hati, Rina memohon supaya dibebaskan dari semua kegiatannya sehari-hari. Setelah mengucapkan doanya, Rina membuka matanya. Rina merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, sepertinya ada yang berbeda. Ternyata Rina berubah menjadi laki-laki. Dengan kebingungan dan setengah senang ternyata permohonannya terkabul, Rina pergi ke kota lagi. Sesampainya di kota, Rina pulang ke rumahnya. Betapa kagetnya Resti, melihat seorang laki-laki tak dikenal masuk ke rumahnya, dan langsung merebahkan tubuhnya ke sofa. Rina sadar dirinya dilihat oleh Resti dengan tatapan ketakutan sekaligus curiga.  Langsung Rina menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya, tetapi Resti tidak mengerti dan langsung menelpon polisi untuk segera datang ke rumahnya. Tanpa pikir panjang, Rina langsung keluar rumahnya dan lari tanpa tujuan. Hujan turun dengan deras, Rina tidak punya tempat tinggal terpaksa mencari tempat teduh di sekitar jalan. Rina melihat orang-orang pengangguran dipinggir jalan sedang berteduh juga dibawah jembatan jalan. Rina bergabung dengan mereka, dan merenung "Apa ini yang aku mau? Berubah menjadi laki-laki, sekarang aku tidak punya apa-apa. Tidak tahu mau bekerja apa, dengan identitas yang tidak jelas begini, aku pasti susah mencari pekerjaan" ujarnya dalam hati. Hujan turun semakin deras, dan petir menyambar dengan kerasnya. Rina menangis, dan Rina berdoa semoga bisa kembali seperti semula, Rina menyesal tidak mensyukuri apa yang dia punya. Keesokan harinya, Rina terbangun dan mendapati dirinya kembali seperti semula. Dengan kaget dan senang, Rina kembali pulang ke rumahnya dengan badan kotor. Dipeluknya Resti dengan erat, seperti tidak mau kehilangannya. Kehidupannya pun berjalan seperti biasa. Rina berangkat ke kantor, dan bertemu dengan sahabatnya. Dia cerita apa yang terjadi kemarin dan Shinta tidak kaget apa yang didengarnya. Ternyata efek Sumur ajaib itu hanyalah untuk sehari. Agar kita bisa memahami dan bersyukur apa yang kita punya sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun