Mohon tunggu...
Metta Maryana
Metta Maryana Mohon Tunggu... -

Seorang pembaca .. apapun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Handukku yang Bolong

20 September 2010   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:07 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Adek, kalau ngasih apa-apa ke orang pakai tangan manis dong”

“Mama, tangan manis itu yang mana?”

Tangan manis itu tangan yang kanan, sayang”

Kenapa sih …. Kalau tangan kanan disebut tangan manis? Trus yang kiri disebut tangan pahit? Begitu?

Padahal kedua tangan kita sama-sama diciptakan Tuhan untuk melengkapi tubuh kita yang diciptakan Tuhan dengan amat sempurna. Coba kita bayangkan apa jadinya tubuh kita kalau tangan kita dua-duanya adalah tangan manis semua – alias tangan kanan semua? Apakah akan lebih baik di pandang mata?

Saya punya handuk favorit yang kebetulan salah satu sisinya sudah bolong. Tapi karena saking senangnya saya dengan handuk yang satu ini, saya ogah memakai handuk yang lain. Setiap kali saya memakai handuk bolong ini saya harus memastikan bahwa sisi yang bolong harus disebelah kiri saya. Kenapa begitu?? Waktu handuk saya baru mulai bolong sedikit, kadang sisi yang bolong itu ada ditangan kanan saya. Tapi begitu saya mulai berhanduk ria, tiba-tiba tangan kanan saya keblusuk – terselip masuk – ke lobang handuk.

Saya bingung bagaimana saya harus menyiasatinya?? Padahal handuk saya ini sangat nyaman dipakai meski sudah bolong. Akhirnya saya coba untuk menempatkan sisi handuk yang bolong di tangan kiri saya. Apa yang terjadi?? Wah, ternyata tangan kiri saya memang hebat sekali. Tidak sekalipun tangan kiri saya keblasuk masuk lobang handuk, padahal dia nggak punya mata! Saya jadi berpikir .. dalam hidup orang perlu keseimbangan. Nah .. ternyata tangan kiri saya membantu menyeimbangkan handuk yang bolong dengan sangat baiknya.

Walhasil saya tidak perlu mengucapkan “Goodbye … handukku tercinta!”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun