“Adek, kalau ngasih apa-apa ke orang pakai tangan manis dong”
“Mama, tangan manis itu yang mana?”
“Tangan manis itu tangan yang kanan, sayang”
Kenapa sih …. Kalau tangan kanan disebut tangan manis? Trus yang kiri disebut tangan pahit? Begitu?
Padahal kedua tangan kita sama-sama diciptakan Tuhan untuk melengkapi tubuh kita yang diciptakan Tuhan dengan amat sempurna. Coba kita bayangkan apa jadinya tubuh kita kalau tangan kita dua-duanya adalah tangan manis semua – alias tangan kanan semua? Apakah akan lebih baik di pandang mata?
Saya punya handuk favorit yang kebetulan salah satu sisinya sudah bolong. Tapi karena saking senangnya saya dengan handuk yang satu ini, saya ogah memakai handuk yang lain. Setiap kali saya memakai handuk bolong ini saya harus memastikan bahwa sisi yang bolong harus disebelah kiri saya. Kenapa begitu?? Waktu handuk saya baru mulai bolong sedikit, kadang sisi yang bolong itu ada ditangan kanan saya. Tapi begitu saya mulai berhanduk ria, tiba-tiba tangan kanan saya keblusuk – terselip masuk – ke lobang handuk.
Saya bingung bagaimana saya harus menyiasatinya?? Padahal handuk saya ini sangat nyaman dipakai meski sudah bolong. Akhirnya saya coba untuk menempatkan sisi handuk yang bolong di tangan kiri saya. Apa yang terjadi?? Wah, ternyata tangan kiri saya memang hebat sekali. Tidak sekalipun tangan kiri saya keblasuk masuk lobang handuk, padahal dia nggak punya mata! Saya jadi berpikir .. dalam hidup orang perlu keseimbangan. Nah .. ternyata tangan kiri saya membantu menyeimbangkan handuk yang bolong dengan sangat baiknya.
Walhasil saya tidak perlu mengucapkan “Goodbye … handukku tercinta!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H