Mohon tunggu...
Memet Kasino
Memet Kasino Mohon Tunggu... Freelancer - seniman freelance

Suka bertualang ke rimba dan kadang-kadang menulis memotret momen.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mimi Dadi Guru: Sebuah Refleksi Peranan Ibu dalam Keluarga di Indramayu

8 April 2024   02:27 Diperbarui: 8 April 2024   02:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemantik tumbuh kembang kesejahteraan daerah alternatifnya ialah pendidikan, baik formal maupun informal. Hal tersebut ditunjang berbagai sektor tuk mewujudkan pendidikan mutu baik dan berkualitas. Pendidikan formal yang terwadahi sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) adalah program pendidikan prioritas di negeri ini, supaya pemerataan pendidikan bermutu tuk mengembangkan potensi masyarakat (PP No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar). Namun, pendidikan masyarakat Indramayu tak sesuai harapan program pendidikan minimal yang diprioritaskan tersebut. Rocky Gerung melakukan studi kecil di Indramayu yang menemukan hasil bahwa masyarakat menempuh sekolah rata-rata 5,5 tahun atau sama dengan tak lulus sekolah dasar (SD), kenapakah demikian. Apakah studi yang dilakukan oleh Rocky Gerung keliru?

Bila melihat keadaan daerahnya, Indramayu mempunyai kekayaan alam tuk mendorong masyarakat mendapatkan keindahan pendidikan. Indramayu adalah kabupaten yang memiliki garis pantai cukup panjang di Jawa Barat, dan memiliki hasil laut melimpah-ruah mulai dari minyak, ikan, garam, dan lain-lain. Lanskap datarannya subur menghasilkan pelbagai dari mangga, padi, kayu, minyak, dan hasil bumi lainnya. Bentang alam sedemikian rupa membuat (seharusnya) Indramayu kaya raya dan masyarakatnya sejahtera sesuai motto juang rakyat yang dipetik dari prasasti Wiralodra yakni "Mulih Harja". Sumber daya alam yang dimiliki sayangnya masih kurang tercermin pada pendidikan. Kesenjangan terlihat di permukaan, kaum perempuan khususnya mimi (ibu) mungkin menjadi solusinya.

Untuk itu, ketika program pendidikan minimal dari SD hingga SMA tak sesuai harapan kita, kini saatnya keluarga terutama mimi di Indramayu mengambil peranan dalam mendidik anak-anaknya. Apabila guru-guru di sekolah masih belum berhasil membina anak didiknya, sudah saatnya mimi menjadi guru dalam pendidikan anak di rumah. Karena kontribusi mimi pada keluarga adalah pertama dan utama, sehingga perlu digaris bawahi.

Al-Ummu madrasah atau ibu adalah sekolah merupakan istilah yang lama didengar. Pentingnya mimi dalam membina anak agar membentuk karakter dengan menanamkan nilai-nilai moral, akhlak, agama, sosial, dan lain-lain. Mimi menjadi guru yang baik didukung oleh kekompakan keluarga, keuletan mama (ayah) mendukung keberlangsungan akses pendidikan akan menumbuhkan keharmonisan pendidikan anak. Tentu, hal tersebut menghasilkan kualitas yang baik dan memumpuni. Dengan cara mendampingi kegiatan belajar di rumah hingga memantau tumbuh kembang anak dari SD hingga SMA. Mendukung potensi anak mulai dari apa yang dia suka dan hobikan, serta mengutamakan kejujuran dan tanggungjawab.

Namun, mimi menjadi guru bukan perkara yang mudah. Banyaknya masalah yang harus dijawab dengan seksama, mulai dari sosial-ekonomi seperti kemiskinan keluarga, kebijakan politik termasuk regulasi didalamnya dan lain-lain. Bahkan masalah lebih krusial lagi pandangan mimi terhadap pendidikan. Sesuai pengamatan di lapangan, ada dua contoh yang menjadi problem dalam perspektif mimi terhadap pendidikan, yakni; (a) mimi masih beranggapan bahwa ketika ia menitipkan anaknya ke sekolah seakan-akan ia melepas tanggung jawab menjadi guru di rumah, (b) mimi masih beranggapan bahwa ijazah sekolah untuk bekerja, semakin anak sekolah tinggi maka ia kan bekerja dengan upah tinggi. Kedua pandangan tersebut sangat melekat pada mimi di Indramayu, dan menurut penulis hal di atas agak keliru.

Apabila mimi harus menjadi tulang punggung keluarga, karena alasan tertentu dan mengharuskan ia bekerja ke luar negeri (TKW). Hingga akhirnya, anaknya bersama mama atau kakek-nenek. Pada dasarnya, hal itu tidak terlalu masalah dalam pendidikan anaknya. Namun, peranan mimi menjadi guru secara langsung tuk anak tak tampak. Kurang kasih sayang tentu membayang-bayangi anak tuk berproses dalam pendidikannya, apalagi sentuhan mimi terhadap anaknya adalah kekuatan besar pada tumbuh kembang anak.

Disisi lain bagaimana mimi yang dipaksa berkerja dalam dunia prostitusi. Seperti apa cara ia menjadi guru untuk anaknya? Ialah mimi yang menjadi pekerja seks komersial (PSK) disalahsatu terminal di Jawa Barat, ia juga mempunyai seorang anak. Sebab terjun ke dunia PSK karena pelbagai faktor dan alasan tertentu. Ia senantiasa menutupi keraguan anaknya pada saat bekerja. Berbohong kepada anaknya tentang pekerjaan dirinya, memang benar stigma masyarakat tentang PSK sangat buruk. Untuk itu, langkah yang ia ambil dalam mendidik anak ialah menitipkan ke sekolah bahkan ke pesantren. Menariknya, mimi tersebut bertanya ke santri (narasumber fakta ini) terkait dirinya yakni "Hasil dari pekerjaan saya ini untuk biaya anak sekolah dan pesantren, apakah yang dilakukan saya ini baik (halal)?". Walaupun menyandang PSK, ia tetap memberikan terbaik untuk anaknya memberikan pendidikan agar kelak nanti bisa menjadi guru terbaik bagi generasi mendatang.    

Studi kecil yang dilakukan oleh Rocky Gerung memang benar. Terbukti dari beberapa koran online mengulas tentang rendahnya pendidikan di Indramayu seperti halnya Tempo, Pikiran Rakyat, Ayo Bandung dan Republika. Surat kabar yang diterbitkan temporal 2015 hingga 2021 menjelaskan tingkat pendidikan rendah yang mengakibatkan indeks pembangunan manusia juga buruk. Bahkan, rendahnya tingkat pendidikan di Indramayu paling dasar dari Cirebon, Majalengka, dan Kuningan. Kurangnya pemerataan pendidikan yakni masalah utama terkait IPM buruk hingga senantiasa menyandang kenegatifan.

Dengan demikian, tulisan ini adalah sebuah refleksi tentang peranan besar seorang ibu sebagai pendidik bagi anaknya. Di atas merupakan contoh tuk didiskusikan kembali jawabannya. Dengan stigma negatif yang disandang perempuan Indramayu karena problematika prostitusi dan sebagainya, perlu dioptimalkan lagi perihal pendidikan di keluarga terutama mimi kunci sukses dalam menjawab kesenjangan pendidikan di Indramayu. Jawaban harus dikerjakan di rumah, bersama-sama membuang stigma tersebut. Karena ini merupakan tanggungjawab bersama, khususnya pemegang kekuasaan politik harus benar-benar mempertimbangkan PR ini dengan jawaban terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun