Mulutmu harimaumu, begitulah mungkin orang menilai kasus viral Gus Miftah yang 'mencandai' Pak Sunhaji seorang pedagang es teh yang  disebutnya "goblok", meski maksud Gus Miftah mungkin  benar untuk menjelaskan pentingnya ikhtiar yang perlu didahulukan sebelum menyerahkan hasilnya pada takdir.
Bagi kebanyakan orang, penilaian terhadap seseorang atas sebuah peristiwa itu dinilai dari baik dan buruknya atau benar dan salahnya, serta dari suka dan tidak suka. Sebaik apapun seseorang tapi di mata pembencinya pasti akan ada saja celanya dan tak akan pernah benar.
Begitu juga sebaliknya, seburuk apapun seseorang tetapi di mata pemujanya pasti akan ada saja pembelaannya dan selalu saja dianggap benar. Apalagi dalam kasus Gus Miftah, sudah 'buruk' ditanggapi pula oleh pembencinya, maka dirujaklah sejadi-jadinya.
Padahal dalam setiap peristiwa itu sesungguhnya tidak selalu tentang hitam dan putih, tentang salah dan benar, tentang suka dan tidak suka. Tetapi di dalam setiap peristiwa itu sesungguhnya ada hikmah, ada pelajaran yang bisa kita petik.
Berkaca dari kasus 'es teh' yang sedang viral itu, sesungguhnya kita bisa melihat kebesaran Allah SWT, yang kekuasaannya tidak terbatas, yang rencananya adalah sebaik-baik rencana yang tak bisa dibayangkan sebelumnya oleh akal sehat manusia.
Siapa yang bisa merencanakan rezeki Pak Sunhaji ada di ujung lidah Gus Miftah. Bisa saja saat kejadian itu Gus Miftah langsung memborong semua dagangan Pak Sunhaji, dan rejekinya pasti sebatas harga dagangannya itu atau mungkin ada lebihnya sedikit dari Gus Miftah.
Tetapi siapa yang melangkahkan kaki si pedagang es teh itu ke pengajian dan terlihat di depan Gus yang suka bercanda kelewatan itu, dan siapa pula yang kuasa menceploskan kata "goblok" yang terekam dan akhirnya diviralkan.
Dengan satu kata "goblok" saja, berapa banyak rejeki yang mengalir ke Pak Sunhaji, sampai ada yang bersedia mengumrahkan beliau. Di lain pihak, Gus Miftah sekaligus diingatkan dengan tamparan yang harusnya diterima Gus Miftah sebagai tamparan keras yang sekeras-kerasnya untuk membuatnya bermuhasabah diri.
Bukan itu saja, peristiwa ini juga menunjukkan kepada kita bahwa kebanyakan orang-orang yang hanya mau peduli dan menolong orang yang dibully lebih dulu dan viral. Jika saja, orang-orang sebelumnya telah peduli dan membeli dagangan Pak Sunhaji tentu kejadian penuh hikmah ini tak akan terjadi.
Beginilah dunia bekerja, orang-orang cenderung melihat setiap peristiwa  dalam konteks baik dan buruk, sementara Allah SWT  merencanakannya dengan sebaik-baik perencanaan, dalam konteks saat ini dan jangka panjang.