Dalam ajaran Islam bersyukur merupakan perintah yang sangat penting, sehingga dalam al-Qur'an dan hadist kata bersyukur itu disebut beriringan dengan dzikir (mengingat) dan ibadah kepada Allah.
Sebagaimana salah satunya dalam firman Allah yang terdapat pada Surah Al-Baqarah ayat 152 yang berbunyi:
"Oleh karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku."
Syukur dalam pengertian ibadah merupakan suatu perbuatan yang bersifat komprehensif yakni mencakup perbuatan hati, lisan dan anggota-anggota tubuh yang lain.
Namun demikian, masih banyak orang yang hanya terpaku pada syukur dengan lisan saja, belum diimplementasikan dengan perbuatan. Demikian pula masih banyak orang yang memandang nikmat yang patut disyukuri itu lebih banyak berdasarkan pada sudut pandang material.
Padahal sesungguhnya perintah bersyukur yang diingatkan oleh Allah SWT itu bukan hanya perbuatan lisan serta bukan pula diukur dengan kenikmatan materiil, seperti harta benda, isteri dan anak-anak serta kedudukan dan jabatan.
Bersyukur itu harus dimanifestasikan dengan terus memuji asma Allah SWT, mengingat-ingat nikmat-Nya, dan selalu bersujud kepada-Nya serta melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dan yang paling utama dalam bersyukur itu adalah memanfaatkan semua kenikmatan yang telah dikaruniakan Allah SWT dengan sebaik-baiknya, dan dalam tujuan beribadah kepada Allah Azza Wa Jalla.
Jika diberi kenikmatan harta maka syukurilah dengan membelanjakanya di jalan Allah, jika diberi kenikmatan isteri dan anak-anak yang menyenangkan maka bimbing dan jagalah mereka dari siksa neraka.
Jika diberi kenikmatan sehat maka manfaatkanlah dengan memperbanyak beribadah kepada Allah SWT, jika diberi kenikmatan waktu atau kesempatan maka manfaatkanlah setiap waktu dan kesempatan itu secara maksimal dengan tujuan semata-mata mengharap ridho illahi.