Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Catatan Pilu Korban Banjir Kendari

9 Maret 2024   09:03 Diperbarui: 9 Maret 2024   09:08 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dingin malam mencekam
kutengadahkan tangan merapal doa
di sela-sela butiran hujan membatu
beberapa malam telah berlalu
tanpa sinar rembulan

kemarin, hari ini dan mungkin esok
langit semakin menghitam
merangkul awan yang telah kenyang
menunggu di tepian malam
yang sangat terasa panjang
lalu tumpah deras menerjang
bak irama genderang perang

banjir kembali menjual diri
menantang kepedulian palsu
di lapak-lapak tepi jalan
yang kini nyaris tanpa suara

saat pidato-pidato sakral
tak lagi berbunyi
dari pintu-pintu rumah rakyat
yang terbungkus kafan orang mati
hanya terdengar rintihan perih
di ruang doa yang kosong
dari rumah yang telah ditelan air

suara kecipak air membelah malam
anak-anak muda yang kelelahan
membawa sekantong beras
menyusup menerobos barisan hujan
yang tak kunjung selesai
akan kusimpan dalam catatan kelam
yang kutulis dengan tinta airmata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun