dingin malam mencekam
kutengadahkan tangan merapal doa
di sela-sela butiran hujan membatu
beberapa malam telah berlalu
tanpa sinar rembulan
kemarin, hari ini dan mungkin esok
langit semakin menghitam
merangkul awan yang telah kenyang
menunggu di tepian malam
yang sangat terasa panjang
lalu tumpah deras menerjang
bak irama genderang perang
banjir kembali menjual diri
menantang kepedulian palsu
di lapak-lapak tepi jalan
yang kini nyaris tanpa suara
saat pidato-pidato sakral
tak lagi berbunyi
dari pintu-pintu rumah rakyat
yang terbungkus kafan orang mati
hanya terdengar rintihan perih
di ruang doa yang kosong
dari rumah yang telah ditelan air
suara kecipak air membelah malam
anak-anak muda yang kelelahan
membawa sekantong beras
menyusup menerobos barisan hujan
yang tak kunjung selesai
akan kusimpan dalam catatan kelam
yang kutulis dengan tinta airmata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H