di sawah yang tak lagi tumbuh padi
tanah-tanah pecah di sela belukar
bajak-bajak muram menepi
kehilangan kerbau
di lumbung yang tak lagi berisi gabah
tikus-tikus kurus di sela papan
anak-anak bingung merapal doa
yang semakin ganjil
berulangkali petani menangisi
hamanya yang tak terbendung
pupuknya yang tak terjangkau
musimnya yang tak terduga
harganya pula yang tak bersahabat
tangan yang dulu memegang cangkul
menjelma jadi tangan tengadah
sangat menyedihkan
ia yang dulu pekerja
kini telah dibebastugaskan
seperti pengemis di negeri terasing
sawah tanpa padi
setiap hari adalah paceklik
panci-panci teronggok pedih
tak ada lagi nasi basi
lumbung tanpa gabah
setiap hari adalah pengharapan
dapur-dapur menjadi dingin
tak ada lagi jelaga
dari tangan lelaki berseragam keki
disodorkan selembar kupon
bertuliskan bansos
tapi masih pakai ongkos
betapa amat sulit
merangkak di negeri sim salabim
innalillahi wainna ilaihi raajiuun...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H