Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kemarau yang Masih Betah

14 Oktober 2023   17:56 Diperbarui: 14 Oktober 2023   17:58 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Hamparan padi yang merana (dokpri) 

Musim panas yang kering masih betah di atas panggung,
dan matahari dengan teriknya seperti enggan melepaskan jumawanya,
tanah yang muram sudah lelah merindu hujan
untuk menyirami kesepian ladang

Saat sungai-sungai mulai kering,
sawah dan ladang tak lagi tersenyum manis
padang-padang pun dibiarkan kehilangan wanginya
rerumputan dan ilalang tertunduk lesu menunggu mati.

Padi sawah takmau menundukkan kepalanya karena bulirnya gagal berisi,
bagaikan seorang kekasih yang membiarkan cintanya direbut orang;
atau seperti seekor lebah yang ratunya telah diambil,
ia menantang kesedihannya hingga takmau lagi tertunduk.

Burung yang dulu ramai dengan nyanyian musim panen,
riang berlompatan mengikuti semilir angin,
kini terdiam menahan lidahnya tak berkicau,
pesta panen bulan november telah berlalu sebelum datang.

Mungkin beginilah roda nasib berputar, saatnya manis membagi kepahitan
tentulah takada kejadian alam yang tak beralasan dan berakhir sia-sia;
ini hanyalah pergantian siklus basah dan kering
sama seperti waktu yang membawa kesenangan dan juga kesedihan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun