Di atas hamparan sajadah, di antara temaram subuh dan cahaya pagi
Aku melihat seekor kutilang kecil yang mengintip di balik ranting
Kudengar suaranya parau seperti datang dari lubuk yang sedih
Suara kecil dari hati yang ditakdirkan mencintai air mata
Aku seperti mengintip hidupku yang telah lewat
Di aliran waktu yang datang dari tempat yang asing
Dan mengalir perlahan di lorong misteri menuju tempat yang tak terbayangkan
Yaa Rabbi ! pucuk doaku mengalir dari atas sajadah basah
Sajadah kusam yang basah karena air mata yang luruh tak mampu ditahan pelupuk
Akulah si kutilang kecil yang bertekad menantang badai
Bertengger di ranting kecil yang tak Engkau takdirkan patah
Akulah si kutilang kecil yang bertekad menghamba pada kuasaMu
Lalu kubiarkan air mata mencuci segenap raguku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H