jemari kekarnya yang tua, fasih mengurai beban, melebihi tumpahan kubangan keringatnya, melumat telapak dan kuku-kuku jemari, nafasnya disisih habis, dibawa hembusan bayu ke penjuru raya.
ia gertak keangkuhan dunia, dengan tubuhnya yang telah meluruh separuh, peluk dan ciumnya sarat memenuhi mimpi anak-anaknya, yang menari-nari sambil memahat aksara jingga di keremangan senja.
ia adalah ayah, sosok yang mengungkap kasih sayang dengan peluh di tubuhnya, sosok yang sembunyikan lelahnya dan menggantinya dengan senyuman, sebagai jawaban dari untaian tanya anak-anaknya.
ayah.... semua peluhmu telah menjadi telaga yang mewujudkan segala harapanku, semua lelahmu telah menjadi separuh nyawa di hidupku, kau telah membuka gerbang, untukku berjalan sebagai pemenang.
terimakasih ayah, atas semua peluhmu yang melebihi manisnya madu menghapus dahagaku, atas semua lelahmu yang melebihi lembutnya awan menyelimuti lelapku.
Selamat Hari Ayah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H