Malam dan sepi berpadu menjadi cermin dari kesendirian ini. Harapmu dan harapku ibarat pualam yang dipecahkan godam waktu. Dipermainkan bahagia dan sedih. Seperti awan yang tertiup badai dan menghilang di cakrawala.
Arjunaku yang cakap meskipun tanpa busur. Karenamu hatiku telah terpanah. Getar asmara berpendar-pendar menyala di jantungku. Mengirim isyarat-isyarat gaib untuk terus menantimu walau sampai di ujung fajar.
Wahai malam dan rembulan jadilah saksi dari janjiku. Takkan kubiarkan sekejappun kenangan luput dari pengharapanku. Akan kutulis larik-larik puisi tentangnya dijantungku untuk mempertahankan harapan yang masih tersisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H