Aku telah melalui masa dimana kebebasan pernah dikebiri dengan pisau yang mereka sebut azas tunggal, suara-suara dipaksa mengering bagai ranting rapuh yang daun-daunnya dirampas, lalu dibakar di lorong-lorong gelap demokrasi.
Aku telah melewati masa dimana politik itu hanya kuning, padahal merah dan hijau juga masih ada, dieksekusi di bilik-bilik terang yang remang-remang, yang jadikan pekik elang di siang hari menjadi kelepak sayap kelelawar di panjangnya malam
Aku telah melalui masa dimana kebebasan pernah diberi dengan eforia kebablasan yang mereka sebut reformasi, suara-suara dipaksa keluar bagai puting beliung yang terjangannya membabi buta, lalu membakar lorong-lorong kebangsaan atas nama demokrasi
Aku telah melewati masa dimana politik itu berwarna-warna, hingga orang-orang bingung dan menjadi buta warna, suara rakyat lebih banyak mengalir di jalanan, sebab dirumah aspirasi mulut-mulut itu dikunci oleh rasa lapar yang menjadikan malaikat pun tak sanggup terbang.
Aku telah melewati semuanya, kebebasan yang paripurna dan demokrasi yang sempurna masih menjadi mimpi di siang bolong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H