Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Museum Negeri Sulawesi Tenggara, Dibiarkan Mati Suri

9 Oktober 2021   20:45 Diperbarui: 9 Oktober 2021   20:59 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Negeri Sulawesi Tenggara (bisnisjakarta.co.id)

Benda-benda koleksi Museum Sulawesi Tenggara menurut catatan yang ada berjumlah 5334 koleksi, 739 diantaranya merupakan koleksi yang dipamerkan, sisanya 7605 tersimpan di gudang. Dan yang digasak maling lebih kurang 500 koleksi dari benda yang dipamerkan.

Persoalan pengamanan bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi oleh Museum ini, Museum yang berdiri di pusat kota Kendari ini terlihat kumuh dan terkesan tidak terawat.

Menurut kepala UPTD Museum, anggaran yang dianggarkan untuk pemeliharaan pagar, halaman, dan taman Museum dan taman budaya adalah Rp. 4 juta tiap tahunnya. Sementara itu anggaran untuk pemeliharaan gedung Museum yang berlantai tiga ini, hanya dihitung 60 meter persegi, padahal luasan gedung yang ada tentu saja jauh lebih luas.

Dan yang lebih memprihatinkan lagi bahwa semua koleksi Museum (baik yang digondol maling maupun yang tidak) belum terdaftar sebagai benda cagar budaya. 

Dengan demikian koleksi benda-benda peninggalan ini hanya berstatus barang pajangan semata, namun meski demikian secara materil harga barang koleksi Museum ini tentulah sangat mahal. 

Dan lebih daripada itu, ini tidak bisa dinilai harganya karena nilai kesejarahan dan kebudayaan yang tidak bisa diukur dengan uang/materi.

Kondisi yang dialami oleh Museum Negeri Sulawesi Tenggara ini jelas menunjukkan kepada kita tentang bagaimana minimnya perhatian dan kepedulian serta penghargaan atas peninggalan kesejarahan benda-benda kebudayaan dan peradaban masyarakat Sulawesi Tenggara, ini sangat memiriskan.

Kekurang pedulian ini, bukan saja telah menyebabkan terjadinya kehilangan akibat pencurian di Museum, kekhawatiran yang paling mendasar adalah kehilangan benda-benda sejarah yang tidak terkoleksi, yang tidak terdata sebagai benda cagar budaya yang mungkin masih banyak berada ditangan masyarakat.

Walaupun sampai sejauh ini, saya belum melihat ada perubahan mendasar dan signifikan dalam pengelolaan Museum Negeri Sulawesi Tenggara, tetapi saya berharap kejadian yang terjadi ini menjadi pelajaran bagi semua stakeholder daerah, stakeholder budaya untuk mulai serius mengelola Museum sebagai wujud tanggung jawab bersama dalam rangka pelestarian budaya dan peradaban masa lalu masyarakat Sulawesi Tenggara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun