Kemuliaan memaafkan orang yang dzalim kepada kita sesungguhnya adalah ampunan Allah, sebagaimana dalam kisah Allah Subhanahu wa Ta'ala menegur Abu Bakar yang tidak mau memaafkan orang yang menuduh istri Rasulullah Aisyah telah berzina. Dimana Aisyah Radhiyallahu Anha dituduh berzina dengan seorang Sahabat. Sehingga kemudian tuduhan itu tersebar menjadi isu yang hangat di kota Madinah. Lalu Allah turunkan ayat yang menyebutkan tentang bersihnya Aisyah dari tuduhan tersebut. Dan ternyata diantara yang menuduh dan menyebarkan tuduhan itu ada seorang kerabat dari Abu Bakar yang miskin, dimana Abu Bakar selalu menolongnya dengan memberi makan kepadanya serta mencukupi kebutuhan dia sehari-hari.
Melihat ternyata saudaranya itu ikut menyebarkan tuduhan tersebut, maka Abu Bakar bersumpah tidak akan pernah lagi memberikan kebaikan kepadanya. Maka Allah turunkan ayat:
"Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? " (QS. An-Nur[24]: 22).
Begitu banyak tuntunan yang menyuruh kita untuk menjadi orang yang pemaaf, seperti Qur'an Surat Al-A'Raf ayat 199:
"Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
Bahkan ini termasuk sifat mulia para hamba Allah yang bertakwa, sebagaimana dalam firman-Nya:
"Orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang selalu menahan amarahnya, serta mudah memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." [QS. Ali 'Imran/3:134].
Ternyata perkara maaf memaafkan adalah perkara yang mempunyai nilai kemuliaan di hadapan Allah SWT sebagaimana dalam Hadits riwayat Muslim:
"Tidaklah seseorang memaafkan, kecuali Allah SWT akan menambah keimanannya."
Menunda apalagi mengabaikan permintaan maaf adalah kebodohan yang nyata, demikian pula menunda dan menolak memaafkan adalah kerugian.
Meski meminta dan memberi maaf itu tak harus menunggu lebaran, tapi jika sekiranya belum sempat saling maaf memaafkan, maka di hari yang Fitri ini, dimana setelah sebulan penuh kita digembleng dan menggembleng diri untuk melawan hawa nafsu, amarah dan godaan syaitan, inilah saat yang paling indah untuk saling bermaaf-maafan.
Minal Aidin Wal Faidzin
Mohon maaf lahir dan bathin