Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tradisi Membangunkan Sahur, Tradisi yang Mulai Ditinggalkan

1 Mei 2021   20:36 Diperbarui: 1 Mei 2021   20:41 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika berbicara mengenai suasana Ramadhan saat ini dibandingkan dengan suasana Ramadhan dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, kita tentu merasa ada sesuatu yang berubah, terutama dengan tradisi-tradisi yang mewarnai Ramadhan.

Kemajuan jaman tidak dapat ditahan, perlahan tapi pasti akan menggilas tradisi-tradisi yang dulu pernah hidup di masyarakat. Salah satu yang saya rasakan sudah mulai hilang adalah tradisi membangunkan sahur di saat Ramadhan.

Dahulu salah satu hal yang paling menarik dan ditunggu di bulan Ramadhan oleh generasi muda adalah waktu membangunkan sahur, kegiatan membangunkan sahur ini bukan dengan sekedar membuat suara gaduh agar orang-orang terbangun. Tapi dilakukan dengan penuh kreativitas, bunyi-bunyian yang dikeluarkan diikuti dengan lagu-lagu yang dikreasikan semenarik mungkin agar membuat orang yang mendengar tidak merasa terganggu, meski kadang ada juga yang nakal tapi semua itu mereka lakukan sebagai candaan semata.

Hal berbeda saya rasakan saat ini, suara-suara tetabuhan dan gemerincing alat musik buatan sendiri yang dulu begitu akrab di telinga saat sahur, kini tidak ada lagi, kalau toh ada suara anak-anak yang membangunkan sahur itu mereka lakukan dengan suara atau teriakan yang gaduh yang malah justru menjengkelkan.

Yah generasi milenial saat ini sepertinya cenderung cuek pada sosial budaya dan tradisi-tradisi yang pernah hidup di masyarakat.
Dengan kemajuan jaman dan teknologi, kecenderungan generasi milenial sudah berubah dan meninggalkan pola lama, mereka lebih mengejar pola gaya hidup yang eksis di sosial media.

Saya yang tinggal di kota kecil seperti Kendari ini saja, sudah jarang lagi mendengar kelompok-kelompok anak muda atau remaja Mesjid yang berkeliling untuk membangunkan sahur, yang ramai malah di sosial media postingan sahur.... sahur.... Padahal siapa yang dengar wong cuma tulisan.

Kita yang pernah muda, yang merasakan masa 70, 80 dan 90an pasti rindu dengan semarak grebeg sahur, dengan irama musiknya, dengan lirik dan aransemen lagunya, dan dengan suasananya yang penuh keakraban dan kedamaian.

Saya pernah tahu tapi kini sudah lupa dimana, ada daerah yang setiap rumahnya menyisipkan uang recehan (koin) di kotak khusus di depan rumah yang mana uang ini diperuntukkan bagi mereka yang membangunkan sahur, sebuah tradisi sederhana tapi punya banyak makna, ini yang sekarang hilang.

Dan ketika tradisi itu sudah hilang maka ia tidak akan pernah kembali, dan hilangnya sebuah tradisi berarti menghapus identitas masa lalu. Sebelum tradisi membangunkan sahur ini betul-betul hilang, mungkin perlu untuk dibudayakan kembali khususnya kepada generasi muda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun