Dunia menggelepar dilindas waktu, berkejaran dengan keserakahan yang menjarah urat-urat nadinya.
Di sisi barat manusia mencipta maut, di sisi timur alam menghantar malapetaka, di tengah-tengah tuhan menutup mata.
Dari sisi ke sisi wajah maut menampak, dunia sendiri tanpa kaki-kaki untuk berlari.
Seperti bayi yang merangkak terlepas dari pandangan bunda.
Ingin bangun di atas kefanaan yang sebentar lagi menutup mata.
Beri aku kawan!, Dunia berteriak.
Aku tak mau menemui batasku dalam kesunyian masa yang tak bisa kukejar.
Aku tak mau menjadi api yang kehabisan nyala ditengah malam gulita yang sendiri.
Seperti lelaki mabuk yang meneguk habis tuak masam dengan tenggorok yang sudah terpenggal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H