Kisah Nesa atau biasa dipanggil Ara seorang bocah kecil asal Surabaya sempat viral di medsos sejak Selasa lalu. Nesa diduga diculik, ini tentu sangat memprihatikan dan membuat saya ingin menulis diary ini.
Dikisahkan saat itu Ara sedang bermain di sebuah taman di dekat rumahnya bersama teman dan kakaknya. Nesa yang biasa dipanggil Ara, bocah perempuan usia 7 tahun ini, sempat diajak pulang oleh kakaknya tapi Ara masih pengen main.
Tapi hingga sore hari dia tidak kunjung pulang ke rumah. Orangtuanya sibuk mencari kemana-mana, hingga melapor ke polisi namun Nesa hilang tanpa jejak.
Berita hilangnya Nesa akhirnya viral di medsos, fotonya yang imut dan manis terpampang, disertai permohonan jika ada yang tahu agar bisa memberi informasi.
Tapi syukur Alhamdulillah kabar terakhir Nesa atau Ara telah ditemukan dalam keadaan sehat setelah lima hari hilang, acungan jempol patut diberikan kepada pihak kepolisian yang bisa menemukan Ara.
Dari berita yang ada, ternyata Ara "diculik" oleh kerabatnya sendiri, namun meski demikian kasus ini tetap menjadi kejahatan berat terhadap anak.
Mendengar berita tentang penculikan anak selalu saja membuat saya cemas dan gemetar. Dulu waktu kecil dari cerita orangtua.
Di daerah kami banyak penculik anak-anak yang namanya "pa'gere'-gere' yang artinya pemenggal kepala, yang mana kepala yang diambil itu untuk dijadikan tumbal pembangunan proyek konstruksi besar seperti jembatan.
Tapi cerita itu sepertinya hanya dongeng untuk menakut-nakuti anak kecil namun karena seringnya diceritakan akhirnya menjadi cerita yang seperti betulan.
Itu dahulu sewaktu saya masih kecil cerita culik-culik itu hanya dongeng, tapi sekarang cerita penculikan anak itu sudah nyata bukan hoaks lagi.
Kasus penculikan anak amat sering kita dengar dan lihat, ini sangat meresahkan dan mengkhawatirkan para orangtua, anak-anak kita begitu rentan keselamatan diri dan jiwanya dari ancaman orang-orang sakit yang menyasar bocah-bocah cilik yang masih sangat lugu dan lemah baik secara fisik, mental dan pikirannya.