Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wajah Kotaku

22 Maret 2021   18:30 Diperbarui: 22 Maret 2021   18:32 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih betah menyusuri jalan-jalan itu, membawa sekantong rindu berisi kenangan tentang pohon-pohon yang telah berubah menjadi tumpukan beton, serta rerumputan yang kini telah menjadi susunan paving block warna-warni.

Mereka yang sibuk mendandani wajah kota, mengganti rimbun pohon dengan atap-atap kaleng, memasang patung-patung batu, juga aneka bola-bola warna-warni.

Ke mana saja kau bawa paru-paru kota ini, kau bicara tentang sejuknya kota tapi kau isi dengan makhluk-makhluk mati dengan sedikit rerumputan.

Sepatuku selalu bersih di jalan itu, tak ada lagi becek dan lumpur yang selalu kurindu, seperti rinduku pada kawan-kawan yang bicara tentang efek rumah kaca, suhu yang meningkat, dan juga air yang tak lagi diserap tanah.

Aku masih betah di jalan itu, keindahannya menyejukkan mataku, tapi kegersangannya membuat mataku menangis, karena rinduku pada kicau burung dan semilir sejuk lambaian pepohonan yang telah direnggut oleh roda kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun