Kalau anda berkunjung ke kota Makassar, dan mungkin ingin menikmati hidangan kuliner khas kota Makassar, anda akan menemukan banyak ragam kuliner khas di Makassar, seperti yang mungkin sudah sangat familiar yakni coto Makassar, sop konro, pallu basa, pallu mara dan lain sebagainya.
Tapi Makassar tak hanya punya coto atau konro. Ada mie "Titi" yang gurih hangat. Mie goreng kering disirami kuah kental yang dibuat dari telur dan tepung maizena. Di dalam kuahnya itu ada berbagai campuran untuk toppingnya seperti daging ayam, hati sapi, kubis, sawi, daun seledri, dan udang.
Yah mie "Titi" ini adalah hidangan kuliner yang juga tak kalah khasnya dari kota Makassar, meski bukan termasuk hidangan tradisional, malah kuliner ini adalah sejenis Chinese food, namun termasuk Chinese food khas Makassar.
Kuliner ini adalah hidangan mie kering dan di Makassar terkenal dengan sebutan mie "Titi" atau juga mie "Awa", penamaan ini sebenarnya adalah nama dari penjualnya, tapi karena saking terkenalnya hingga berubah menjadi semacam brand.
Asal usul kuliner mie "Titi" bermula dari sebuah gerobak penjual masakan cina atau Chinese food di kota Makassar sekitar tahun 60-70an. Penjualnya adalah seorang Tionghoa bernama Angko Tjao yang parkir di tepi Jalan Bali, di Makassar waktu itu. Masakan yang dijual hanya tiga masakan yakni mie goreng, mie hokkian dan mie kwantong.
Sekalipun pada masa itu banyak juga terdapat penjual makanan termasuk pejual Chinese food, tapi orang-orang banyak yang senang menikmati masakan Angko Tjao, selain memang karena rasanya enak, Angko Tjao juga sangat komunikatif dan memperhatikan selera pelanggannya.
Begitulah karena Angko Tjao begitu memperhatikan pelanggannya, ia menerima dan menuruti request dari pelanggannya sesuai dengan selera pelanggan.
Dan salah satunya banyak pelanggannya yang suka memesan Mie Kwantong dan mereka meminta agar mienya yang digoreng terpisah dengan kuahnya disajikan agak garing. Mie Kwantong yang asli mienya disajikan basah seperti mie biasanya, tapi ternyata mulanya ada satu orang saja dan kemudian semakin banyak yang juga suka dengan mie yang digoreng garing.
Berawal dari sinilah Angko Tjao berinisiatif untuk menggoreng mienya terlebih dahulu agar mie garingnya lebih cepat ready agar ia lebih efektif melayani pesanan. Ia hanya perlu membuat kuahnya yang berisi bermacam-macam campuran bahan, mie yang telah digoreng kering sebelumnya tinggal disiram dengan kuahnya.
Ternyata setelah Angko Tjao menyediakan mie yang kering ini, justru semakin banyak pelanggannya yang suka dan memesan mie kering, dan terciptalah nama baru bagi kuliner ini yakni mie kering.
Karena semakin laris dan semakin maju, Angko Tjao membuka sebuah restoran masih di jl Bali. Dan Angko Tjao meneruskan keahliannya pada anak-anaknya, dimana anak-anak Angko Tjao juga membuka restoran Chinese food dengan menu andalan mie kering.