Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Etalase Waktuku

15 Maret 2021   21:21 Diperbarui: 15 Maret 2021   21:26 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: U-Report (via. viva.co id)

Dunia tertawa, dunia menangis
Kukejar ujung harapan, meski melawan maut
Kemanapun akan kutelusuri
Duniaku biarlah sendiri, tanpa manusia berlari.

Seperti perahu yang mati angin
Terjebak dalam ombak yang membuncah
Mencari arah dari angin yang berputar
Aku ingin bangun di atas ketidakpastian ini.

Aku ingin jadi angin yang menderu
Namun berharap tak jadi badai
Hanya bertiup di kesunyian bahari
Mengejar buih ke mana mencari pantai
Sampai mabuk dalam kebisingan gelombang
Dan akhirnya terkapar di pelukan pantai.

Lalu jiwa ini perlahan beku
Seperti api kehabisan nyala
Meski harus kalah aku takkan menyerah
Karena aku terlahir bukan dari rahim para pecundang....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun