Dikutuk kenangan yang menjerang cinta, goresan-goresan lama tertumpah dalam belanga asa yang menghitam di atas tungku yang terbakar penyesalan
Membelai puisi yang hadir meratapi senja, untaian bait-bait rayu dan rindu yang dulu kita goreskan, kini hadir kembali dalam nyanyian angin dari lembah kesepian
Sungguh temaram purnama membawa sendu, membelenggu kenangan yang tak mau beranjak, menjadi penghuni abadi relung hati yang terus menangisi takdir
Rendaman kasih yang sepi dihembus angin sunyi, mengering di ujung penantian yang tak berakar dan tak berpucuk, layu dalam senyapnya tangis
Andaikan awan berarak adalah maut yang dikirim untuk menuntaskan penantian ini, aku akan menunggunya di tepian pantai, di tempat terakhir ombak menyapu jejak cinta kita yang pernah tergores
Aku sudah limbung, sesak oleh kehampaan yang engkau simpan, tak ada lagi peduli yang tersisa, bagiku surga dan neraka hanyalah seuntai benang yang dijahit oleh kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H