Kisah cinta tanpa kata dari si peraut pensil, pada pensil kecil pengukir puisi
Betapa mereka berdua saling mencurahkan cawan-cawan kesetiaan berisi cinta
Meski tanpa kata yang saling bersahut mereka setia saling menanti
Namun kini terjebak pada penantian yang tak akan berujung, mereka terpisah oleh kehadiran sebatang pulpen berwarna merah jambu
Betapa rindunya bergelora begitu dalam, pada pensil kecil yang selalu lincah menggores puisi
Dia yang selalu tak sabar ingin meraut sang pensil yang hampir kehilangan mata goresnya
Meruncingnya dalam kelembutan, agar mengalir bait-bait puisi raja-raja melayu
Andai saja sang pujangga tahu kesedihan si peraut yang terpisah dari pensil kekasihnya
"Wahai pujangga yang puisimu menggetarkan langit, mengapa kemesraan yang selalu kaugores tak kauberi juga untuk kekasihku" begitu rutuk si peraut
Betapa rindunya begitu panjang pada pensil kecil penggubah prosa, yang kini dicampakan seakan benda rongsok
Adakah, kau wahai tuan-tuan pujangga pernah merasakan dua tubuh yang berbeda saling menyatukan rindu
Andai saja tuan pujangga tahu, betapa peraut melembutkan mata pisaunya dituntun oleh cinta agar pensil tetap bernyanyi riang meski terluka
Wahai pujangga kau harus tahu
Meski telah kehilangan akal
Peraut dan pensil rindu berpelukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H