"Tape" begitu teriaknya membelah hening
Dalam lengking irama yang cempreng
Aku tahu kalau saat itu sudah pukul tiga sore
Saban hari dia tak pernah alpa pamerkan suara cemprengnya
Dalam waktu yang selalu sama pukul tiga sore
Pak tua penjaja tape hadir melingkari kompleks
Hingga suatu hari aku tak mendengar lagi teriakannya
Satu hari, dua, tiga dan berhari-hari tak kudengar lagi cemprengnya
Serasa ada yang hilang dari sepiku
Entah bagaimana kabarmu, duhai penjaja tape
Apakah kau terhalang oleh Corona ?
Atau semoga jangan sampai Corona telah mengambilmu ?
Aku bukan rindu pada suara sumbangnya
Tapi risau ingin tahu kabar bocah-bocah yang menunggunya pulang
Hari-hariku hanya berlalu untuk mendengar teriakan "tape"
Tapi sudah berbulan-bulan berlalu tak jua kata itu mampir di telingaku
Gelisahku menyeruak, hingga aku curiga telingaku ada masalah
Hingga suatu hari kudengar teriakan yang begitu kurindukan itu
Aku seperti melayang melesat berteriak memanggil "tapeee"
Segera saja semburan tanya mengalir deras dari mulut bawel ini
Saat kutanya kenapa baru muncul ?
Oalahh  dijawab tak bisa masuk ke kompleks karena ditahan oleh pak hansip
Oalahh maakk.... Gara-gara Corona aku hampir gila karena cemas memikirkan penjaja tape
Kubeli dua kantong tapenya dengan harga untuk semua
Dia hanya melongo, sambil mencium uang yang kuberi
Aku memintanya segera pergi, sebelum airmata ini jatuh
Ia beranjak bersama pikulannya sambil teriak "tape"
Duhhh leganya jantung ini mendengar teriakan itu lagi
Semoga suara cempreng itu tetap setia menemaniku di setiap pukul tiga sore
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H