Mohon tunggu...
Metias Kurnia Dita
Metias Kurnia Dita Mohon Tunggu... -

Saya ada untuk memberi kemanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Saatnya Beralih ke Uang Elektronik

11 April 2015   09:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:15 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heraclitus, seorang filsuf Yunani pernah mengatakan bahwa tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Dengan kata lain, perubahan adalah suatu keniscayaan di alam ini. Namun, manusia sebagai pewaris utama bumi kadang tidak siap menghadapi perubahan, baik perubahan yang tersebab oleh alam maupun oleh tangan sebagian manusia lainnya.

Manusia yang tak siap dengan perubahan ini umumnya memberi respon negatif saat perubahan sudah tiba di depan mata. Ada yang menerima dengan pasrah walau hati berat, ada pula yang justru bertindak resisten padahal mereka bisa jadi belum paham betul ke arah mana perubahan itu akan membawa hidup mereka.

Sejak pertengahan tahun lalu, terjadi perubahan sistem pembayaran tiket bus Trans Jakarta dari uang tunai menjadi uang elektronik. Kendati sudah disosialisasikan jauh-jauh hari, ternyata masih banyak pengguna layanan bus ini yang berat hati beralih, termasuk saya. Sebagai pengguna setia bus Trans Jakarta rute Blok M - Kota, saya “terpaksa” beralih ke uang elektronik. Ada dua hal yang memberatkan hati saya kala itu. Pertama, belum semua halte trans Jakarta memberlakukan e-ticket (tiket elektronik). Konsekuensinya, ketika bepergian melalui halte-halte yang belum melayani tiket elektronik tersebut, saya tetap harus membeli tiket kertas. Bukankah ini tidak efisien? Pikir saya waktu itu. Kedua, jika saya pada suatu waktu lupa membawa kartu uang elektronik, saya harus membeli kartu yang baru.

Walaupun kedua hal tersebut cukup mengganjal di hati saya, saya tetap membeli kartu uang elektronik. Waktu itu ada beberapa pilihan kartu yang ditawarkan diantaranya kartu Flazz dari BCA, kartu Brizzi dari BRI dan kartu e-money dari Bank Mandiri. Saya memilih Flazz tanpa pertimbangan apapun.

Sejak itu uang elektronik hanya saya gunakan sebagai tiket elektronik di Trans Jakarta. Sebenarnya saya tahu bahwa kartu ini bisa dipakai untuk bertransaksi di toko-toko seperti Alfamart, Indomaret, Lawson dan beberapa lainnya. Namun, karena malas untuk mengisi ulang uang elektronik, saya lebih memilih membayar dengan kartu debit.

Awal tahun ini, saya mendapat informasi dari teman saya bahwa sebuah toko buku sedang memberikan diskon 30% untuk buku-buku yang diterbitkan oleh beberapa penerbit tertentu. Diskon hanya diberikan jika pembayaran menggunakan kartu kredit suatu bank dan kartu Flazz. Menurut teman saya pula, top-up (pengisian ulang) kartu Flazz bisa dilakukan di toko buku itu pula. Sebagai pecinta buku, saya pun segera menuju toko buku yang dimaksud. Akhirnya terbelilah 6 buah judul buku hari itu dengan kartu Flazz yang saya punya.

Berdasarkan informasi yang saya kulik dari pramuniaga di toko buku tersebut, jika pelanggan berbelanja buku terbitan kelompok penerbit tertentu pada hari biasa, diskon tetap diberikan walaupun hanya 10% dengan catatan pembayaran dilakukan dengan uang elektronik seperti yang saya pegang saat itu. Saya pun hanya bisa manggut-manggut sambil tersenyum-senyum sendiri.  “Wah, ternyata banyak juga ya manfaat berbelanja dengan uang elektronik”, kata saya dalam hati.

Lagi-lagi saya diuntungkan dengan keberadaan uang elektronik. Beberapa pekan yang lalu, saya dan teman saya berencana untuk pergi ke suatu tempat dengan menggunakan kereta commuter line. Teman saya sudah memiliki kartu e-ticket khusus commuter line untuk multi trip. Saat saya akan membeli e-ticket yang single trip, teman saya memberi tahu saya bahwa kartu Flazz yang saya pegang sekarang sudah bisa dipakai sebagai tiket elektronik di commuter line. Ternyata tidak hanya kartu Flazz, uang elektronik keluaran beberapa bank lainnya pun bisa. Saat akan pertama kali dipakai di commuter line, semua kartu tersebut hanya perlu didaftarkan dengan cara sekali tab(tempel) di sebuah mesin aktivasi yang mana bisa dioperasikan secara mandiri oleh pelanggan.

Setelah setengah tahun lebih menggunakan uang elektronik, saya merasakan sendiri betapa besar manfaatnya. Hanya dengan satu kartu saja, saya bisa bertransaksi di berbagai tempat sehingga saya tidak perlu repot-repot membawa banyak uang tunai. Selain itu, pembayaran dengan uang elektronik tidak mengalami pembulatan sebagaimana saat dengan uang tunai. Saat harga barang yang kita beli sebesar Rp 8.750 misalnya, jika kita membayar dengan uang tunai, kita seringnya dikenai pembulatan ke atas sehingga harga yang harus dibayar adalah Rp 8.800. Ini tidak terjadi jika kita membayar dengan uang elktronik. Saldo yang akan terpotong di uang elektronik kita tidak akan lebih dari harga yang tertera di produk yang kita beli.

Kalau dulu saya lebih suka membayar dengan kartu debit saat berbelanja di gerai semacam Alfamart, kini saya beralih dengan uang eletrnik. Pasalnya, transaksi dengan kartu debit harus diatas nominal tertentu sedangkan dengan uang elektronik ini tidak berlaku. Kita bisa bertransaksi dengan nominal berapapun memakai uang elektronik.

Sekarang, saya mempunyai kebiasaan baru yaitu mengisi ulang kartu uang elektronik saya setelah hari gajian.  Saya memperkirakan pengeluaran saya untuk tiket Trans Jakarta, membeli buku dan belanja di minimarket. Total dari perkiraan itulah yang saya ubah menjadi uang elektronik. Rasa-rasanya hidup menjadi lebih praktis dengan kemudahan transaksi non-tunai. Jadi, bagi yang belum terbiasa dengan sistem baru ini, ayo segera beralih karena ini adalah #SaatnyaNonTunai!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun