Mohon tunggu...
Meti N
Meti N Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

semoga bermanfa'at

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa sih Arti Pajak bagi Masyarakat bawah?

24 September 2013   12:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:28 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa sih Arti Pajak bagi Masyarakat bawah?

Created By : Meti Nurfatimah

SMKN 1 Ciamis

Dari kejauhan nampak perkampungan yang penduduknya tidak begitu banyak, pemandangan yang hijau menghiasi perkampungan itu, angin segar serasa merasuk ke dalam rusuk, kesejukannya hmm ... Tak bisa dibayangkan, tenang, damai, nampak banyak para warga yang bergegas keluar untuk mencari nafkah demi keluarganya, serasa makin menghiasi suasana pagi ini. ya, dengan bertanilah mereka menafkahi keluarganya, maklum di kampung ini sangat bagus untuk bercocok tanam, alias kampung Agraris.

Disinilah tepatnya kampung halamanku, aku lahir dari keluarga yang sederhana dari dua bersaudara, ayahku seorang petani dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Tapi kami hidup bahagia walaupun tidak bergelimbangan harta, rasa kasih sayang antar keluarga yang diberikan sudah cukup menghiasi keluarga ini, bagiku “Baitii Jannatii” Rumahku adalah syurga bagiku.

Sore ini aku jalan-jalan keliling kampung, sambil menikmati udara sore yang sejuk, tenang dan damai ini. Dan tiba-tiba ada sesuatu yang mengalihkan pusat penglihatanku,di sebuah gubuk itu tidak tahu jelas itu apa tetapi rasa penasaran ini terus aku telusuri, semakin mendekat aku melangkah, ternyata yang ku lihat ada seorang kakek tua yang yang sedang terdiam, dengan pakaian yang lusuh itu, aku tak mengerti apa yang terjadi dan apa yang sedang ia lakukan, wajahnya nampak lesu tak berdaya, mungkin dia tidak menyadari akan kedatanganku, tetapi rasa penasaran tentang apa yang terjadi terus memaksa aku untuk mencari tahu. Aku coba merengkuh dan mencoba bertanya: “Kek, Kakek,,,?”. Aku tak mendapat jawaban apapun dari kakek. Aku coba bertanya lagi, “Apa Kakek baik-baik saja?”. Serentak Kakek itu tersadar dan kaget akan kedatangan ku yang tanpa ia sadari.

Kakek pun menjawab:” Nak ini siapa ya, Ada perlu apa dengan kakek? ada yang bisa kakek bantu?

“Saya Nisa kek, dari kampung sebelah, kebetulan saya lewat sini, saya melihat Kakek sendiri disini, kakek nampak sangat lesudan saya takut terjadi apa-apa dengan kakek, sebenarnya apa yang terjadi dengan kakek?”

“Tidak apa-apa nak, kakek baik-baik saja”. Jawab kakek

“Bener...kakek baik-baik saja?”

“Benar nak, Cuma.....”

“Cuma apa kek? cerita saja sama nisa barang kali Nisa bisa bantu kakek”.

“Kakek belum makan Nak, uang yang untuk beli beras hasil kerja hari ini kakek berikan kepada pak RT untuk membayar pajak, karena itu sudah menjadi kewajiban kakek, dan sekarang kakek bingung harus kerja apa sore-sore begini, agar kakek bisa makan.” cerita kakek.

Mendengar ceritanya, hatiku jadi tersentuh di zaman sekarang masih ada orang yang sangat peduli terhadap pajak, bahkan dia berani mengorbankan satu hari tidak makan demi membayar pajak, karena dia merasa pajak itu kewajiban yang harus dia laksanakan, yang harus dia bayar, demi kemaslahatan masyarakat seluruh Indonesia. Ya Alloh mulia sekali hati kakek ini, dengan sedikit mengeluarkan air mata aku menjawab: “Kakek, Mulia sekali hati kakek, kakek rela mengorbankan rasa lapar kakek demi membayar pajak, padahal kakek tahu pemerintah banyak yang tidak jujur dalam mengurus pajak, mereka malah menggunakan pajak demi kepuasan sendiri”.

“Untuk hal itu, bukan masalah untuk kakek ada Alloh yang lebih mengetahui apa yang mereka lakukuan, kakek Cuma niat melaksanakan kewajiban, jika kewajiban kakek sudah terpenuhi, kakek tenang dan dalam pengurusan yang tidak jujur, semua pasti kembali kepada dirinya sendiri.” jawab kakek dengan tenang.

“Ya aku mengerti sekarang kek, terima kasih ya.”

“Syukurlah nak.” jawab kakek.

“Kakek kan belum makan, ini ada uang sedikit mungkin cukup untuk beli makanan, maaf kek nisa gak bisa banyak bantu kakek, semoga ini bermanfaat.”

“Terima kasih nak, maaf kakek jadi merepotkan kamu.”

“Tidak apa-apa kek, tidak ada salahnya kita sesama manusia tolong menolong, kakek nisa harus pulang waktu sudah sore. makasih ya kek, Assalamualaikum”.

“wa’alaikumsalam” jawab kakek dengan terharu.

Waktu sudah sore, dalam hati aku terus berfikir tentang apa yang barusan kudengar dari kakek, keadaan ini sangat bertolak belakang dengan keadaan di lingkungan kota dekat sekolah ku.Hmmm Rasanya “serasa di dua dunia”.

Seperti biasa setiap pagi aku berangkat ke sekolah, suasananya tidak pernah berubah, Jalan berlubang, jalan berlapis tanah, kalau hujan ya terpaksa sepatu kadang berlumpur, motor juga penuh dengan hiasan lumpur yang membuat aku jadi bahan pusat perhatian di parkiran.Kapan ya suasana bisa berubah mejadi jalan beraspal? pasti aku tidak akan merasakan hal seperti ini lagi, tapi mungkin ini hanya impian konyol yang tidak akan pernah tercapai.

Karena buktinya,walaupun daerah saya sudah beberapa kali mengajukan permintaan pembangunan jalan, tetapi belum sekali pun suara kami mereka dengar. Pernah sih suatu hari setelah kesekian kalinya pengajuan diajukan suara kami akan dikabulkan oleh salah satu calon bupati, dan besoknya Sprite, batu, pasir sudah banyak menghiasi jalan, tentu hal itu membuat kami warga merasa bahagia, karena sebentar lagi harapan akan terkabul.

Seiring berjalannya pemilihan BupatiAlhamdulillah dia sah menjadi Bupati daerah kami. Tetapi ada satu masalah, waktu itu karena hasil perhitungan suara didaerah kami dia tidak menjadi yang terunggul, mungkin dia kecewa dan karena keegoisannya dia mengambil kembali batu, sepritdan pasir yang sudah berjajar di tepi jalan di daerah kami, dan suka tidak suka kami hanya bisa pasrah, dan semakin membuat warga kesal, impian yang sudah di depan mata, dia ambil seenaknya tanpa peduli perasaan kita. Beliau malah mengaitkan masalah pribadi dengan kepentingan masyarakat banyak.

Tapi ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, masalah itu tak usah diperpanjang, Suasana cerah ini harus aku jadikan hari yang indah, sebagaimana matahari yang tak pernah berhenti tersenyum demi kita, dia selalu setia menemani hari-hari kita.

Di sekolah tidak pernah luput dari kata tugas,, tugas,, dan tugas. ya ya ya hari ini tugas nya adalah berkelompok yaitu tentang Observasi Lingkungan “Kegiatan Produksi di Lingkungan Sekitar Rumah”, saya putuskan untuk mencari pabrik kerupuk di sekitar sekolah, bersama keempat rekan saya, kami mencari,, mencari,, dan terus mencari. sampai akhirnya saya menemukan pabrik Pak Dodo “Si Kurupuk Langganan Urang Sarerea”, namanya bagi saya sangat unik, karena diambil dari bahasa suku kita sendiri “Suku Sunda”.

Penelitian pun dimulai, dari mulai pertanyaan sejarah berdirinya Pabrik, Luas Lokasi Pabrik, Jumlah kerupuk yang dijual, Distributor, Karyawan dan sampai pada pertanyaan akhir saya yaitu berapa persen besar pajak yang dikeluarkan dari perusahaan ini?. pak Dodo terdiam dan menjadi salah tingkah. Dengan kelakuan nya yang aneh dia malah mengalihkan pembicaran dari pertanyaan kami, dia malah menyuruh untuk kami keliling pabrik, melihat-lihat. Ini membuat kami menjadi penasaran, tentang apa yang sebenarnya terjadi?

Rasa penasaran ini membuat kami ingin terus mencari tahu, dan ketika saya bertanya kepada salah satu karyawan sebut saja Bu Asih, ternyata memang ada sebuah kejanggalan dari perusahaan itu, Pak Dodo tidak pernah sekalipun membayar pajak, Dia paling bisa mencari alasan dalam hal membayar pajak, karena dia merasa rugi jika uang yang dia dapat harus dibayarkan terhadap pajak. Sungguh sangat ngeri mendengarnya. dan kejadian ini sangat berbeda dengan Kakek yang sangat setia kepada pajak.

Ya inilah dunia, ada orang baik ada orang jahat, ada orang miskin ada orang kaya. tapi kita haruslah bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah. mungkin salah satu pemicu keadaan ini adalah pemerintah itu sendiri, jika pemerintah nya benar dalam mengurus pajak, dan disalurkan sesuai tempatnya pasti masyarakat merasa bangga dan semangat dalam membayar pajak karena mereka yakin, “Dari Kita oleh kita dan Untuk kita”. tapi jika pemerintahnya banyak yang tidak jujurdan banyak yang korupsi, pasti masyarakat tidak akan pernah memperdulikan tentang apa itu pajak, Oleh siapa itu pajak dan untuk apa itu pajak.

Setelah selesai Penelitian itu kami bergegas pulang dengan mendapat oleh-oleh satu bungkus kerupuk Pak Dodo. Dan di tengah perjalanan nampak jalan banyak dihiasi dengan Slogan-slogan yang isinya “Bayarlah Pajak dengan Jujur”. Dalam benakku terbesit untuk merubah slogan itu, yang mana rakyat pasti tersenyum mendengarnya, slogan itu “Pemerintah  Pajak jujur, Rakyat semangat bayar Pajak”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun