Mohon tunggu...
Methyu Noel Leando
Methyu Noel Leando Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi, ISI Surakarta

Saya adalah mahasiswa film dan televisi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Budaya Ondel-Ondel : Perubahan Dari Pertunjukan Adat Ke Hiburan Jalanan

2 Januari 2025   21:16 Diperbarui: 2 Januari 2025   21:16 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung ondel-ondel raksasa di jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Ondel-ondel adalah salah satu budaya yang terkenal di Jakarta yang merepresentasikan suku Betawi. Semenjak awal kelahirannya, ondel-ondel dibuat sebagai keperluan adat dan dianggap penolak malapetaka. Ondel-ondel juga menjadi salah satu ikon Jakarta dan sampai dibangun patung raksasa di jalan Benyamin Sueb, Kemayoran. Namun rasa kebanggaan serta upaya pelestarian kebudayaan menjadi sia-sia karena penyalahgunaan yang dilakukan beberapa oknum. Melihat beberapa tahun kebelakang, banyak sekali oknum-oknum yang memanfaatkan ondel-ondel sebagai alat untuk mengamen. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Ondel-ondel yang dulunya sebagai keperluan adat, malah dipergunakan menjadi alat oleh pengamen untuk mencari uang. Peningkatan penggunaanya terjadi pada saat covid yang di mana saat itu terjadi banyak PHK paksa. Dalam situasi yang sulit seperti itu, korban terpaksa harus melakukan apapun demi menafkahi keluarga namun tetap menggunakan ondel-ondel dengan bijak. Di samping itu juga ada beberapa oknum yang hanya memanfaatkan sebagai pencari uang semata. Nilai-nilai budaya dari ondel-ondel tidak lagi dihormati. Oknum-oknum tersebut hanya berkeliling meminta dan lagu yang diiringkan bukan lagu daerah melainkan lagu modern yang tidak ada nilai budaya.

Perubahan tersebut memunculkan dilema. Pada satu sisi, ondel-ondel menjadi alat bertahan hidup pada kondisi ekonomi yang sulit. Namun di sisi lain, timbul kekhawatiran akan hilangnya nilai budaya ondel-ondel karena perubahan fungsinya. Hal tersebut menimbulkan banyak representasi-representasi bagaimana masyarakat memandang ondel-ondel. Ada masyarakat yang memandang hanya sebagai alat pencari uang bagi pengamen dan ada juga yang merasa butuh tindak lanjut demi menjaga kebudayaan. "Hal itu adalah satu kesalahan karena tidak ada yang menghentikan, padahal budaya ini sangat baik tetapi malah jadi mata pencaharian pengamen" ungkap masyarakat sekitar.

Ondel-ondel yang menjadi symbol kebudayaan Betawi kini mengalami degradasi karena penggunaanya. Walaupun banyak yang menggunakannya dengan bijak untuk mencari nafkah, ada juga yang menggunakan tanpa rasa hormat pada nila-nilai budaya. Maka, penting bagi kita untuk mencari keseimbangan antara kebutuhan finansial dan pelestarian budaya supaya tetap menjadi lambang kebanggaan dan warisan budaya yang dihormati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun