Mohon tunggu...
Metha Gimunt
Metha Gimunt Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lukiskan Keindahan jiwa melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jingga...

23 Agustus 2011   17:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut ruangan itu, jingga masih berdiam diri.duduk dengan melipat tangan dengan kepala tertunduk menyatu dengan lutut. ntah sudah berapa lama dia bersahabat dengan sudut tembok itu. sepertinya tidak ada yang bisa mengerti perasaannya selain sudut itu. air bening itu jatuh lagi, mengalir melalui pipi lalu jatuh ke lantai. dia pun lupa kapan terakhir kali merasa bahagia..

Masih terniang ditelinganya suara-suara menjijikan itu,suara yang menyayat hati, perih sekali. jingga mengangkat kepalanya keatas, menghela nafas panjang, mengusap wajahnya yang baru tercuci dengan air mata. Tiba-tiba Dia tersentak melihat jam dinding,tepat pukul 19.00 mlm. dia Bergegas dengan cepat, mempersiapkan perlengkapan pendukungnya mencoba mencari keberuntungan di kota jakarta yang tak bersahabat ini.yang dia tau cuma satu; tak ingin mengotori jalannya.

Jingga pun mulai berjalan, melangkah dengan dengan anggunnya. Seperti malam-malam biasanya, diperjanannya selalu ditemani oleh sorot mata tajam,senyum sinis,dan bisikan-bisikan yang menjijikkan itu. Belum lagi serangan dari jingga-jingga lainnya,yang bersaing keras dengan rakus demi suatu tujuan yang sama. Ntah sampai kapan,keluhnya dlm hati

Jingga,masih terus melangkah. sampai suatu saat matanya tertuju pada pada warung makan lesehan itu. dia mendekati tempat itu,mendapati orang-orang yang sedang asyik melahap makanannya. baru saja dia tiba udah di sambut dengan tawa hinaan, tp dia mengabaikannya dan kemudian
Mengeluarkan krincingan itu,dan mulai bersuara,menghibur semua mahluk yang ada di tempat itu. dia tau mereka pasti terhibur. bukan karna nyanyian sederhana yang dipersembahkannya,namun berasal dari kesialannya terlahir dengan seperti ini. Ntah sampai kapan keluhnya lagi.

Dia berjalan lagi,mampir ke tempat-tempat lain dengan melakukan hal serupa, demi beberapa rupiah untuk menyambung nafas kehidupan. tiap mlm di lalui dengan cara begini. berperang melawan kerasnya hidup menjadi mahluk yang tidak sempurna..

Jingga pun berteduh di halte itu,menyantap makan malamnya dengan lahap. sampai tiba-tiba dengan samar dia melihat mobil dinas sosial itu mendekatinya,dia pun melupakan rasa letih dan laparnya,membuang makanan itu dan berusaha sekuat tenaga berlari dari mereka,terengah-engah. Dia merasakan mereka masih mengejarnya di belakang. sambil menyebut nama sial itu. Nama yang slalu di pakai orang memanggilnya untuk menghibur diri mereka.dia pun berlari sekuat tenaga, sampai akhirnya Jingga pun berhasil luput dan menyelamatkan diri. Dengan keras Menghembus nafas kelegaannya.

Jingga berjalan pulang,dengan langkah pelan. Sambil berjalan dia Mencoba mengingat kenangan indah ketika dia msh kecil. waktu itu dia masih kecil dan tak tau apa-apa. Menghabiskan waktu bermain tanpa memikirkan hal apapun, apalagi hal yang seperti ini,ingin rasanya dia menjerit,memanggil ibunya yang telah tiada. Dia berkata dalam hati "ibu,jika kau ada disini,aku ingin tidur di pangkuanmu,dan bercerita banyak. kau pasti blm tau,dunia apa yang kujalani setelah kau pergi. dunia yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mengusirku jauh dari hidup mereka karena kesialan dan ketidaksempurnaanku terlahir seperti ini. mereka malu,mereka tak bisa hidup dengan kehadiranku.tapi aku harus tetap bertahan,karena aku manusia kuat seperti yang pernah kau katakan padaku dulu. aku merindukanmu bu" dengan langkah pelan dia meneteskan air mata itu lagi..

Jingga pun sampai ke tempat itu,lokasi perkampungan kumuh di sudut utara jakarta,tempat dimana dia melepas rasa lelahnya. Jinggapun Membuka pintu dan kembali duduk di sudut itu,sudut kamar kecil itu seakan bisa mengerti yang dia butuhkan. setiap hari dia pulang dengan beban mental seperti ini,saemakin hari semakin bertambah. dia menangis.. " aku ingin menghujat TUHAN" katanya. dia pun menjerit dalam hati, semuanya tertuju kepada Tuhan. bekeluh; "Tuhan aku ingin menawar takdir! Biasakah?? Mengapa harus aku? Bolehkah aku memilih untuk tidak terlahir seperti ini? Atau bolehkah aku menukar kehidupanku dengan kehidupan mereka? atau aku ingin memilih untuk menjadi laki-laki saja,atau menjadi perempuan. tapi tidak seperti ini. Bukan lelaki dan bukan juga perempuan. Berapa tetes airmata lagi yang harus kujatuhkan? Harus sekuat apa lagi aku menjerit supaya kau bisa dengar? Tolong jangan sisihkan aku,AKU TAK MAU TERSISIH,AKU TIDAK HINA,AKU ADALAH JINGGA..!"keluhnya dlm hati.

Jingga pun merebahkan tubuhnya. letih itu menghantar dia ke lelapnya tidur.dengan wajah sembab jingga tertidur tenang.mengumpulkan energi untuk menghadapi hari-hari esok yang pasti kelam,tanpa cahaya, dan entah sampai kapan...!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun