Akhirnya sisa perjalanan berpelana unta saya habiskan untuk memandang langit di atas. Mungkin bagi ilmuwaan yang mengerti rasi bintang akan mudah untuk menemukan berbagai bentuk rasi bintang. Imajinasi liar mulai membentuk rasi yang saya buat sendiri,,,hehehhee, ada rasi berbentuk layang- layang, gawang bola, rumah, dan masih banyak lagi. Ada beberapa bintang yang terlihat besar namun punya ekor berupa bintang- bintang kecil. Ada bintang yang nampak kedap kedip seperti lagu Twinkle- twinkle litlle star. Pengalaman sejuta bintang pernah saya alami ketika berada di planetarium. Malam menjelang pagi itu di atas Gunung Sinai dengan berpelana unta, saya ditemani sejuta bintang surga Mahakarya Yang Mahakuasa.
Setelah turun dari unta, group kami masuk ke tempat warung kopi kecil, tempat peristirahatan sejenak sebelum melanjutkan pendakian dengan menaiki 750 anak tangga batu untuk sampai di puncak Gunung Sinai. Namun karena suami saya sedang dalam keadaan tubuh yang kurang baik akhirnya group kami berhenti sebelum di puncak. Setelah beribadah sebentar kami memutuskan turun dan kembali ke titik awal pendakian. Ada rasa haru dan bangga melihat keteguhan dua anggota group kami yang tetap bersikukuh untuk naik sampai ke Puncak dan berhasil sampai di sana. Bila naik unta diperlukan 1.5 jam, saat turun diperlukan kira- kira 2,5  jam berjalan kaki. Pemandangan sunrise yang menyembul di antara bukit- bukit sekitar Gunung Sinai menemani kami. Keindahan ini mengingatkan saya akan sunrise di Gunung Bromo. Seiring sinar merekah bertambah jelas pula pandangan mata melihat jalan berkelok- kelok dan layaknya jurang yang kami lewati beberapa jam sebelumnya dengan unta. Pelukis Agung seakan sedang memperlihatkan kepiawaiannya dalam melukis dan lambat tapi pasti tampaklah semua ciptaanNya yang megah dan menakjubkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H