Tersebutlah di suatu malam indah di Balikpapan, pencerahan itu datang tanpa disangka dan tanpa diduga...
Seorang ibu ramah tangga biasa yang menikmati hidup yang penuh gejolak, kesibukan dan warna...
Tiba- tiba dikagetkan oleh tulisan seorang yang bernama Mas Hariadhi semata..
Tentunya itu terjadi di sebuah group the Writers yang belakangan ini mendominasi hari- hari saya..
The Writers adalah group menulis kekinian yang diprakarsai Om Budiman Hakim dan Kang Asep Herna, saya ikut bergabung karena membaca karya tetangga dan ngajak ikutan pula, namanya mba Cyndhanita...
Sejak ikutan kelas the Writers, saya makin jatuh cinta sama puisi. Mungkin karena bermain puisi menjadi seperti main game, alias candu. Gimana cari kata- kata untuk mengungkapkan huruf huruf yang selalu bernyanyi di kepala. Mencari kata dengan bunyi yang berima dan enak dibaca menjadi sebuah hobi baru. Om Bud guru saya itu pernah bilang kalo medsos alias facebook bisa jadi ajang berlatih menulis.
Jadilah facebook saya dua bulan terakhir penuh puisi singkat yang berisi caption gambar. Cita- cita saya yang sempat terkubur akhirnya pelan- pelan saya gali kembali. Yes, saya pernah bercita- cita menjadi JK Rawling dan Enid Blyton versi Indonesia. Bagaimana membuat novel anak- anak yang berkualitas dan keren, bahkan bisa dinikmati oleh berbagai usia.
Cita- cita itu sempat terkubur karena suami saya dipindah dari ibukota Jakarta menuju calon ibukota...eh maksud saya Balikpapan Kalimantan Timur tercinta...hehehehe. Hidup di perantauan kurang lebih 11 tahun, walau jauh dari keluarga punya berkah tersendiri. Sebelum pindah dulunya saya bekerja sebagai guru. Ketika pindah ke Balikpapan otomatis pilihan kerja menjadi cukup sulit karena mengurus rumah tangga dan keluarga saja tidak habis- habis. Saya bersyukur akhirnya menemukan tempat berkarya di organisasi kumpulan ibu-ibu tempat suami saya bekerja.
Hasrat menulis benar- benar mencuat kuat sejak ikutan the Writers. Dengan berbekal pengalaman suka menulis diary jaman SMA, akhirnya saya memberanikan diri menulis sebuah cerpen mengenai Putri Duyung, dan ceritanya baru saya bagikan ke keluarga dan di group the Writers. Slogan Sebelum mati tulislah minimal 1 buku terus terngiang di kepala.
Memang sih menulis perlu komitmen tinggi ternyata, karena tiap hari ada pilihan yang dihadapi sebagai seorang ibu rumah tangga seperti saya. Antara mengurus anak,belanja keperluan harian,acara kegiatan sekolah anak, rapat organisasi dll terus datang silih berganti. But the calling to write has always been there....so I must find a time. Masukan teman- teman dan Mas Hariadhi membuat saya seperti disadarkan bahwa membuat blog is a start.Â