Kesederhanaan adalah kemewahan yang tersembunyi.
Seperti laut yang sederhana, hanya terlihat birunya saja di permukaan. Namun di kedalaman, begitu kaya akan warna dan kehidupan.
Entah siapa yang salah, namun makin ke sini, sangat terasa bahwa hal-hal yang sederhana merupakan kemewahan yang tersembunyi. Langka. Prasangka baik yang sederhana. Pemahaman hidup yang sederhana. Cinta yang sederhana. Penderitaan yang sederhana. Penampilan yang sederhana. Dan segalanya yang sebenarnya bisa lebih disederhanakan. Entah siapa yang salah, nampaknya semua hal sederhana menjadi demikian rumit. Hal yang rumit? Jauh menjadi lebih rumit! Kusut!
Padahal dalam hidup, kita tak butuh bekal yang berlebihan. Sebab akan menghambat perjalanan kita. Tapi cukup. Kecukupanlah batasnya. Permasalahannya, cukup menurutku, belum tentu cukup menurutmu. Ukuran kita tak sama. Ah, lihat saja! Kembali kita berdiskusi tentang perihal kesederhanaan menurut persepsi kita masing-masing.
Betapa pelik urusan "menjadi yang tengah-tengah" seperti wasiat sang nabi untuk umatnya. Bagaimana? Bagaimana mencapai kesederhanaan di antara banyak masukan, banyak kepala, yang tak bisa kita abaikan begitu saja?
Sebab bahagia seperti kupu-kupu. Semakin kaukejar, semakin ia melarikan diri. Tapi dengan tenangmu dalam kesederhanaan posisimu, dia akan datang menghampiri. Mendekati.
Maka, menyikapi hal ini, hanya dapat kukembalikan pada pemilikNya. Dia yang mengajarkan manusia sedikit ilmuNya. Sederhana dalam berpikir, berperilaku dan beribadah. Tanpa perlu orang lain tahu kedalamannya. Yaa.. Persis seperti laut. Biarkan mereka hanya tahu tentang biru saja, kecuali mereka berusaha menyelami maknanya, maka akan mereka dapati kekayaan yang tak akan pernah ditemukan di daratan.
Meta morfillah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H