Mengapa mereka selalu saja membicarakan cinta dalam kesyahduan?
Dalam rintik hujan nan ritmis, bukan lebat yang banjir?
Dalam lembayung senja nan manis, bukan pekat malam yang kumuh?
Dalam secangkir kopi mengepul panas di sebuah gelas nan indah,
Bukan kaleng seadanya berisikan air putih saja?
Mengapa mereka selalu saja membicarakan cinta dalam kesyahduan?
Apa bila aku tak memiliki, menikmati kesemua hal tersebut,
Aku tak akan pernah mengecap cinta yang sesungguhnya?
Apa cinta hanya bermain di tempat-tempat utopis, bagai mimpi?
Lalu lupa menjelajah ke sisi ku berdiri kini?
Di rumah kumuh, pinggir rel kereta api..
Di tengah beragam makian, omongan tak berpendidikan
Di sekerak nasi aking yang semakin basi setiap hari
Apakah cinta tidak akan datang ke sini?
Mengapa cinta pilih kasih?
Mengapa cinta begitu ekslusif?
Mengapa begitu melulu gambaran cinta yang kutahu?
Mana realita cinta sejati?
Apakah cinta selalu seperti itu?
Cinta hanya untuk mereka yang fasih mengatakannya saja?
Cinta hanya untuk mereka yang penghidupannya lebih baik?
Apakah cinta selalu seperti itu?
Meta morfillah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI