Mohon tunggu...
Meta Sekar Puji Astuti
Meta Sekar Puji Astuti Mohon Tunggu... -

Pengarang buku "Apakah Mereka Mata-Mata?" yaitu buku mengenai kisah orang-orang Jepang di Indonesia sebelum perang (sebelum 1942). Penulis di beberapa kolom koran dan website.\r\n\r\nPengamat sejarah dan budaya. Khususnya wilayah Jepang dan Asia Tenggara. Mencoba untuk belajar apa saja. Saat ini sedang bermukim di Tokyo, Jepang, untuk melanjutkan studi serta mendampingi suami yang sedang ditugaskan di KBRI Tokyo, Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Abe-san si Mualaf Jepang - Belajar Islami dari Jepang: Mungkinkah? (2)

1 Agustus 2013   03:24 Diperbarui: 4 April 2017   17:18 6330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Namanya Abe Kazuya. Nama muslimnya Abdul Salam. Saya mengenalnya melalui sebuah video di youtube. Baru sekali saja saya bicara langsung melalui telpon. Itu pun tidak lama. Hanya beberapa menit saja. Saya menelponnya karena seorang sahabat saya, yang memiliki sebuah penerbitan buku, tertarik untuk mengangkat kisah hidupnya ditulis dalam buku. Saya meminta ijin kontak alamantnya kepada Abe-san. Tapi Abe-san belum memberikan ijinnya. Alasannya, “Saya perlu meminta restu kepada keluarga besar saya dulu,” demikian ungkapnya dengan sopan. Untuk saat ini teman saya masih menunggu respon positif dari keluarga besarnya.

Mengapa kisah seorang Abe-san sampai menarik seorang penerbit buku untuk membuat memoar hidupnya? Sederhana. Abe-san adalah seorang mualaf berkebangsaan Jepang. Menurut data, penduduk Jepang mayoritas mengaku pemeluk agama Buddha atau keyakinan Shinto. Penganut agama lain? Jumlahnya sangat kecil, apalagi muslim. Terlebih lagi, proses masuknya Abe-san menjadi muslim ini sangat unik. Bahkan, menurut saya, kisahnya mengharukan bahkan menyentak hati bagi sebagian muslim. Di sisi lain, proses Abe-san menjadi seorang mualaf bisa dibilang misterius, bagi sebagian orang. Apalagi untuk orang Jepang yang kurang percaya dengan kekuasaan besar di luar jangkauan manusia. Jadi, secara ringkas, kisahnya unik, menarik, menggelitik kesadaran keislaman bagi para muslim serta sedikit kisah misterius di dalamnya. Tentu saja hal ini merupakan hal yang menarik. Kita tunggu saja kesediaan dan doa restu keluarga besarnya. Jujur saja, saya begitu terkesan dengan pesan-pesan moral yang disampaikan dengan kisah Abe-san. Di dalam lubuk yang paling dalam, saya berharap keluarga besarnya, menyambut tawaran teman saya dengan positif.

Abe-san mengaku, sebenarnya ia jarang-jarang mengungkapkan kisah proses mualafnya. Tapi akhirnya ia tidak bisa menolak ketika para anggota PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) di Jepang, terutama yang bergama Islam mengajaknya untuk berbagi pengalamannya. Para muslim yang tinggal di negara Ninja ini sering mendapatkan kesusahan menjelaskan apa itu Islam dan apa itu budaya Islam dan Muslim. Sehingga kisah Abe-san ini bisa menjadi referensi berguna bagi mereka. Singkat cerita, Abe-san kemudian setuju dan membagikan kisahnya di depan para anggota PPI ini dan direkam dalam kamera video. Hasil video ini kemudian diunggah di youtube oleh salah satu anggota PPI Jepang. Ia pun mengaku terkejut karena video rekaman ini ternyata banyak dilihat oleh kenalan dan keluarga besarnya. Ia tidak pernah menyangka sambutannya demikian besar. Jadi, dia merasa perlu berhati-hati dengan penyebaran kisahnya.

Sebenarnya bagaimana kisah Abe-san untuk berproses menjadi mualaf? Di bawah ini akan saya bagikan sekelumit ceritanya. Abe-san mengaku sering bermimpi didatangi oleh orang tua dengan pakaian aneh (bersurban) yang sering melantunkan nyanyian tak dikenalnya (azan). Hampir setiap pagi bapak tua ini menghampirinya dan melantukan azan di depannya. Kejadian ini berlangsung selama berhari-hari. Ia bingung sehingga berpikir di rumahnya ada seorang hantu. Tapi ia berpikir positif, kalau hantu mengapa bapak tua ini tidak mengganggunya. Bapak tua ini hanya datang mengunjunginya kemudian melantunkan azannya dan kemudian menghilang.

Kejadian ini membuatnya penasaran dan terus menerus mencari tahu apa arti mimpinya. Kemudian, dari ibunya dia akhirnya mulai mengerti sang bapak tua yang melantunkan azan dan juga melakukan gerakan sholat itu seorang beragama Islam. Akhirnya, ia dengan sangat semangat mencari tahu tentang Islam baik dari buku mau pun membeli Quran yang telah diterjemahkan dalam bahasa Jepang. Tapi ia belum mampu memahaminya karena Islam dan Quran masih terlalu asing baginya. Istilahnya, “Bahasa Al Qur’an terlalu tinggi.”

Setelah mencoba memahami dan membeli berbagai buku mengenai Islam. Ternyata sang bapak di dalam mimpinya rupanya sebuah simbol ajakan untuk masuk Islam untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Itulah akhir perjalanan “sang mimpi”. Abe-san terpaksa percaya bahwa kekuasaan yang Maha Besar itu ada. Ternyata dia dibimbing untuk masuk Islam dengan kekuatan di luar kemampuan akal manusia.

Sebenarnya titik balik untuk memahami kebahagian yang hakiki ketika ia tinggal di Amerika Serikat. Ketika itu, ia menjalani sebagai seorang analis ekonomi di sebuah perusahaan cukup besar dengan gaji yang cukup besar. Tapi, dalam perenungannya ia berpikir, apakah kebahagiaan itu? Apakah kebahagiaan itu dengan mendapatkan materi? Ia terus menerus merenung, berpikir dan menganalisa. Apakah kebahagiaan itu? Apakah kebahagiaan itu berasal dari materi yang berlimpah? Ia kemudian mencoba berpikir.

Ketika dia sekolah di sebuah SMA. Waktu itu ia mencoba mencari uang dengan mencuci mobil dan mendapatkan uang yang tidak seberapa. Kenyataannya, ia cukup bahagia dengan uang yang tidak seberapa itu. Kesimpulannya, materi yang berlimpah bukanlah kebahagiaan hakiki. Ia mengakuinya, ia pernah terjebak materi (catatan, salah satu alasan kerja keras orang Jepang itu banyak untuk mendapatkan barang mewah). Setelah ia banyak berpikir, ia terjebak materi dan ingin berpikir ulang mengenai kebahagian yang sesungguhnya. Akhirnya, ia ingin beristirahat dari dunia yang bersifat materialisme. Ia putuskan untuk pulang dari New York dan istirahat yang digunakannya untuk berpikir. Pada saat ia pulang di Jepang itulah, ia mendapatkan mimpi misteriusnya. Hingga kemudian ia menjadi seorang mualaf dan menikah dengan seorang muslimah berasal dari Makassar.

Penasaran dengan kisah ini? Ini kisah selengkapnya yang telah diunduh di youtube.


Kesimpulan akhir dari kisah Abe-san untuk saya, untuk menjadi bahagia itu ternyata sederhana. Tidak neko-neko. Sedihnya, kita sering melupakan kebahagiaan yang sesungguhnya bahkan kadang melupakan rasa bersyukur dengan hal-hal sederhana yang kita telah miliki. Sikap tawadu dan ikhlas tanpa bertele-tele pun terdapat dari kisah Abe-san ini.


Mengapa kisah muslim dan kisah Islami ini muncul dari Asia Timur dan bukan Timur Tengah? Entahlah, ada maksud tertentu Tuhan untuk itu. Ya, Iqra! Tuhan meminta kita untuk selalu membaca. Membaca dan membaca, entah dari arah mana pun dari penjuru dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun