Mohon tunggu...
Meta Sekar Puji Astuti
Meta Sekar Puji Astuti Mohon Tunggu... -

Pengarang buku "Apakah Mereka Mata-Mata?" yaitu buku mengenai kisah orang-orang Jepang di Indonesia sebelum perang (sebelum 1942). Penulis di beberapa kolom koran dan website.\r\n\r\nPengamat sejarah dan budaya. Khususnya wilayah Jepang dan Asia Tenggara. Mencoba untuk belajar apa saja. Saat ini sedang bermukim di Tokyo, Jepang, untuk melanjutkan studi serta mendampingi suami yang sedang ditugaskan di KBRI Tokyo, Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Batik Mengalahkan Kimono di Jepang

1 Oktober 2012   23:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24 5422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: http://www.junihitoe.net/taiken/itm/images/uchiki/uchiki.jpg

Siang itu di tengah terik matahari Roppongi Mid-Town satu tempat yang bergengsi di Tokyo terjadi parade batik. Beberapa peraga busana yang cantik jelita dalam acara Festival Indonesia pun dengan bangga berbaju batik yang dibawa langsung dari Indonesia. Ari Tulang, koreografer ternama Indonesia pun tak urung terjun langsung untuk membantu koreografi peragaan busana batik ini. Mereka memeragakan batik, baju tradisional warisan budaya dan pusaka Indonesia di tengah masyarakat Jepang di Tokyo dengan rasa bangga.

13491059981785707341
13491059981785707341

Beberapa pengunjung pun nampak mengenakan busana batik berwarna-warni meramaikan suasana, termasuk isteri dubes RI untuk Jepang, ibu Bianca A. Luthfi. Nampaknya sudah mulai nampak, sejak batik dinobatkan sebagai warisan pusaka tak teraba (intangible heritage) oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, batik telah mendunia. Termasuk di ibu kota Jepang, di Tokyo.

13491060341493869066
13491060341493869066

13491060601768421076
13491060601768421076
[caption id="attachment_202079" align="aligncenter" width="300" caption="Anak Jepang Mengenakan batik"]
13491061511183740593
13491061511183740593
[/caption]

[caption id="attachment_202103" align="aligncenter" width="300" caption="Hiroaki-san, sang MC, juga mengenakan batik"]

1349129181906780260
1349129181906780260
[/caption]

Tidak sekedar mengenakan pakaian batik. Dari stand kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo juga memperkenalkan batik dengan melakukan praktek batik. Beberapa warga Jepang juga dengan khusyuk juga mencoba untuk membatik dengan malam. Bahkan setelah mereka mencoba melakukan praktek membatik, sebagian dari mereka kemudian berkata, "Sugoi!" (hebat). Ternyata membatik itu tidak mudah. Nah, kan. Batik itu memang seni yang membutuhkan kesabaran dan konsentrasi yang tinggi.

13491063561263982448
13491063561263982448
[caption id="attachment_202083" align="aligncenter" width="300" caption="Taruna Jepang mencoba membatik"]
13491063791520299680
13491063791520299680
[/caption]

Batik telah menjadi budaya adi luhung bangsa Indonesia beratus-ratus tahun yang lalu. Sejak tahun 2010 batik dinobatkan menjadi warisan budaya internasional tak teraba (intangible heritage) oleh UNESCO dan batik semakin dikenal oleh dunia. Meski pun Jepang juga memiliki warisan budaya yang juga terkenal dan indah, kimono, tapi kenyataannya kimono ini masih kalah dengan pamor sang batik.

Kimono, meski sangat indah dan begitu kental cerita sejarahnya namun sampai saat ini belum termasuk dalam warisan pusaka dunia. Mengapa demikian? Batik di Indonesia digunakan luas oleh siapa saja, baik dari kalangan bawah, menengah atau kalangan elit. Batik bisa ditemukan di mana saja dari pasar yang becek hingga butik mewah. Budaya batik juga dilakukan oleh rakyat biasa dan bukan komunitas-komunitas tertentu.

Kimono yang merupakan pusaka Jepang itu hanya dikenakan pada saat-saat khusus dengan bantuan orang-orang memiliki keahlian mengenakan kimono. Terlebih lagi, harga kimono yang demikian mahal. Hal ini menjadikannya tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Sebagian orang di Jepang, jika ingin mengenakan kimono dapat dipastikan menyewa dari persewaan-persewaan baju, yang saat ini menjadi baju dengan harga mahal. Sebuah persewaan kimono di Kyoto yang khusus menyewakan baju kimono di khas zaman Heian (tahun 794-1185) dihargai dengan harga dua puluh juta rupiah. Ya, dua puluh juta rupiah lebih untuk sekali pakai!

[caption id="" align="alignnone" width="565" caption="sumber: http://www.junihitoe.net/taiken/itm/images/uchiki/uchiki.jpg"]

sumber: http://www.junihitoe.net/taiken/itm/images/uchiki/uchiki.jpg
sumber: http://www.junihitoe.net/taiken/itm/images/uchiki/uchiki.jpg
[/caption] Batik yang “merakyat” dan dapat dimiliki dan dinikmati oleh siapa saja ini diganjar menjadi pusaka dunia. Jadi jangan pernah meremehkan batik Indonesia, yang mungkin terkesan “ndeso” dan kampungan di zaman dulu.

[caption id="" align="aligncenter" width="410" caption="http://www.winotosastro.com/batik/images/kawung1-large.jpg"]

http://www.winotosastro.com/batik/images/kawung1-large.jpg
http://www.winotosastro.com/batik/images/kawung1-large.jpg
[/caption]

Sejarah batik di Indonesia diperkirakan cukup tua. Para ahli percaya bahwa budaya ini kemungkinan besar merupakan budaya adaptasi dari Cina atau India. Bahkan, sangat disayangkan di Jepang sendiri nama batik sendiri disebut dengan Indonesia no sarasa (sarasa kain tradisional Jepang). Namun banyak peneliti percaya batik ini adalah asli budaya Indonesia meski mungkin dipengaruhi oleh budaya Cina atau India pada mulanya.

Brandes seorang sejarahwan Belanda yang meneliti batik secara intens, menyatakan keterkejutannya dengan batik dan menyatakan bahwa batik adalah indigenous culture atau budaya asli bangsa Indonesia. Ia membuktikan bahwa batik di tempat-tempat lain yang tidak mengenal budaya India juga dikenal seperti di Toraja, Papua, Flores atau Halmahera. Kata batik yang diartikan sebagai kata amba dan titik dikenal di kamus pertama kali pada tahun 1880.

Sejak kapan batik dibuat masih menjadi bahan perdebatan. Namun diperkirakan tradisi ini telah ada di bumi Nusantara berabad-abad lamanya. Diperkirakan para ahli pada abad ke-9 pada masa kerajaan Mataram kuno, batik diperkenalkan secara luas. Pada abad ke-10 batik ini mulai dikenal luas karena perdagangan kain katun putih meningkat tajam. Batik warisan budaya dan pusaka adiluhung Indonesia itu mulai dikenal luas dunia. Setiap bangsa Indonesia pasti bangga dengan batik.

[caption id="attachment_202084" align="aligncenter" width="300" caption="berbatik ria bersama ibu Bianca Luthfi"]

1349107867705284480
1349107867705284480
[/caption]

Hari ini tanggal 2 Oktober 2012 adalah hari batik nasional. Tidak salah kalau Anda mengenakan batik terbaik Anda hari ini. Menjadikan batik kebanggaan bangsa. Menjadikan batik bagian dari pusaka dan budaya kita. Siapa lagi kalau bukan kita, bangsa Indonesia. Kita? Ya iyalah, saya juga, kok.

Salam Batik,

Tokyo 2 Oktober 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun