Mohon tunggu...
Meta Sekar Puji Astuti
Meta Sekar Puji Astuti Mohon Tunggu... -

Pengarang buku "Apakah Mereka Mata-Mata?" yaitu buku mengenai kisah orang-orang Jepang di Indonesia sebelum perang (sebelum 1942). Penulis di beberapa kolom koran dan website.\r\n\r\nPengamat sejarah dan budaya. Khususnya wilayah Jepang dan Asia Tenggara. Mencoba untuk belajar apa saja. Saat ini sedang bermukim di Tokyo, Jepang, untuk melanjutkan studi serta mendampingi suami yang sedang ditugaskan di KBRI Tokyo, Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Cappucino Juara Dunia di Shibuya, Tokyo

29 Juni 2012   01:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:26 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencari Cappucino terbaik di Tokyo? Ya, saya saya ingin mencari cappucino ternikmat dan terbaik di Tokyo.  Saya sedang terobsesi dengan kopi, khususnya cappucino. Mengapa? Ya, karena budaya kopi dan sejarah kopi banyak berawal dari Indonesia. Ya, Indonesia. Betul. Sementara Jepang memiliki sejarah café, yang diawali dengan rumah minum teh yang panjangdi zaman Edo. Pada saat sekarang ini tinggal di Jepang, adalah kesempatan emas bagi saya untuk mengeksplorasi dan mencicipi minuman berbahan dasar kopi di negara yang terkenal dengan kesungguhan hati dan inovasi tiada henti.

Saya sudah temukan cappucino yang begitu menarik dan nikmat di Omotesando Koffee . Tapi saya masih mencari dan mencari. Berbekal dengan sebuah pedoman café di wilayah Tokyo, baru wilayah Shirokanedai dan Shibuya (hahaha anak kemarin sore), saya mencoba mencari seduhan kopi berkualitas juara.

[caption id="attachment_185288" align="aligncenter" width="300" caption="majalah daftar cafe di wilayah Shibuya dan Shirokaneda"][/caption]

Berbarengan dengan googling di internet saya menemukan satu café yang menarik, The Streamer Coffee Company. Pemilik sekaligus barista café ini adalah Hiroshi Sawada juara dunia Latte Art di Millrock Latte Art Championship 2008. Menurut majalah Shirokanedai Café, di Jepang sangat jarang seorang barista berlaku sebagai enterpreuner dengan sendiri café-nya sekaligus berkolaborasi dengan A/X Armani untuk menjual brand merchandise-nya. Dia adalah salah satu yang jarang itu. Ia membuka dua café di Tokyo, pusatnya di Shibuya dan satu lagi di salah satu pusat mode Jepang, Harajuku. Saya memilih untuk menikmati cappucino sang juara di Shibuya. Ia pun nampak melayani pelanggan, membuatkan kopi dan nampak bertemu dengan kolega-koleganya di dalam kedai kopinya. Sama sekali tidak nampak bersikap bossy.

Melihat peta lokasi, karena café ini cukup jauh dari stasiun kereta api, saya mencoba mencapainya dengan sepeda. Beberapa tahun yang lalu saya pernah tinggal di daerah Shibuya beberapa bulan, sehingga daerah Shibuya bukan daerah yang asing bagi saya.

Meski sempat salah arah, saya temukan The Streamer Coffee Company. Lokasinya memang agak terpisah dari stasiun Shibuya. Kalau jalan kaki dari stasiun Shibuya, mungkin akan mengambil waktu sekitar 10-15 menit, kalau tidak kesasar.

[caption id="attachment_185289" align="aligncenter" width="300" caption="cafe dari depan"]

13409345061509786691
13409345061509786691
[/caption]
13409345531904760478
13409345531904760478

Café ini mengambil lokasi di jalan yang tidak begitu lebar sejajar dengan Meiji Dori (Jalan Meiji) yang menghubungkan antara Shibuya dan Harajuku. Menempati sebuah gedung yang tidak seberapa besar tapi cukup lega. Kursi dan bangku dari kayu serta beberapa sofa nampak di dalam café. Dekorasinya sederhana, minimalis tapi menarik. Tempat ini didesain material dengan bahan dasar kayu. Swalayan dan dapur terbuka adalah konsep dasar café ini. Memesan dan membayar di meja besar, mengambil sendiri dan memasukkan perlengkapan minum di sebuah kotak plastik besar sekaligus membuang sampah sendiri.

Sang barista menempati satu satu area tersendiri dengan konsep sederhana tapi cerdas. Satu meja besar untuk melayani pesanan sekaligus untuk tempat kue penghantar minum kopi. Sayangnya, di atas meja tertulis cukup jelas, No take Pic. Yaaah. Galak, ya si Hiroshi? Hehehe. Ya sudah, saya mengalah tidak mengambil foto para barista sedang beraksi beserta meja besarnya. Meski saya mencuri-curi mengambil foto dari telepon genggam saya. Hehehe. Saya memilih duduk di sebuah kursi kayu menghadap meja yang terbuat kayu panjang di tengah ruangan.

Menu di café ini hanya tersedia dua macam. Drink (tentu saja kopi) dan bakery (kue-kue manis) yang terdiri dari donat dan biskuit kering. Itu saja. Tidak ada menu yang lain.

[caption id="attachment_185291" align="aligncenter" width="300" caption="Cappucino Juara (Dunia)"]

13409347051898942659
13409347051898942659
[/caption]

Saya memilih Streamer Latte panas. Serta sebuah donat yang dinamai dengan military donat (hehehe). Donatnya memang mirip warna seragam militer, hijau dan coklat. Donat ini merupakan donat dengan glaze dari teh hijau dan cokelat. Resep donat ini merupakan resep orisinal yang diklaim oleh café ini padu padan dengan cita rasa kopi yang disajikan. Pertama menggigit donat ini, saya agak under estimate, rasa donatnya biasa-biasa saja. Tapi seusai mengginggit donat dan menenggak cappucino kualitas juara versi The Streamer Company ini, rasanya matching betul! Tingkat kemanisan donat pas betul dengan streamer latte yang tidak saya tambah gula. Ah, betul-betul nikmat. Susunya terasa berasa sangat creamy, gurih dan lembut. Penampilannya yang cantik juga sangat menggugah selera. Ya, saya cukup puas dengan penemuan hari ini sebuah kopi yang sangat gurih, legit dan berkualitas juara (dunia).

Sepotong donat dan secangkir besar streamer latte saya tebus dengan harga 920 yen atau sekitar lebih dari Rp. 95.000. Cukup mahal juga. Meski harus dipikirkan porsi jumbo dan cappucino yang biasanya disajikan di café-café spesialis semacam ini. Tapi saya cukup puas dan mungkin akan kembali lagi ke café ini.

Tapi hal yang lebih penting dari café ini adalah kesungguhan hati. Ya kesungguhan hati generasi muda semacam Hiroshi Sawada, pecinta, pebisnis kopi dan café, menghadirkan keoptimisan anak muda Jepang sebagai enterpreuner sejati di tengah suasana ketidak jelasan ekonomi Jepang saat ini. Generasi muda Indonesia juga bisa belajar dari kesungguhan hati ini. Tentu saja. Sambil menyeruput kopi kelas dunia, menikmati suasana cozy bersuasana anak muda memikirkan masa depan anak muda Indonesia. Nggak nyambung ya? Ya sudah.

Tokyo, 29 Juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun