Kelompok separatis Papua memang tidak bosan-bosan untuk membuat onar. Terutama yang beroperasi di perbatasan RI-PNG wilayah Wutung pimpinan Mathias Wenda. Tercatat tidak kurang dari 3 kali mereka melakukan teror berupa aksi penembakan terhadap Pos TNI di perbatasan. Terakhir pada hari Selasa tanggal 3 Juni 2014, mereka melakukan penembakan terhadap Pos Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 623/BWU. Liciknya, mereka melakukan penembakan dari zona netral perbatasan. Pada saat anggota TNI melakukan pengejaran, mereka kabur ke wilayah PNG. TNI pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi, mengingat wilayah kedaulatan suatu negara tidak dapat dilanggar oleh angkatan bersenjata negara lain karena merupakan suatu pelanggaran. Dalam aksi ini seorang prajurit TNI, Prada Maulana Malik terkena tembakan di bagiam paha. Korban pun sekarang dirawat di RS TNI Marthen Indey Jayapura.
Aksi ini sangat disayangkan mengingat hal itu dapat membuat keruh hubungan baik antar negara. Kejadian yang sudah berulang-ulang ini terjadi dengan pola yang hampir sama. Menembak tentara Indonesia setelah itu kabur ke Papua Nugini. Pihak PNG seperti tidak ada respon dan membiarkan kejadian ini. Kementrian Luar Negeri Indonesia sebenarnya sudah mengajukan protes ke pemerintah PNG sebagai respon atas kejadian serupa sebelumnya yang terjadi pada tanggal 5 April 2014. Pihak TNI yang di lapangan pun juga sering berkoordinasi dengan tentara PNG agar menindak kelompok separatis yang kabur ke wilayahnya. Namun seperti yang kita lihat, kejadian terulang lagi.
Sebenarnya kejadian-kejadian teror ini sangat merugikan masyarakat PNG. Karena sejak kejadian penembakan tanggal 5 April yang lalu, pintu perbatasan RI-PNG wilayah Wutung ditutup. Tanggal 3 Juni kemarin adalah jadwal dibukanya kembali pintu perbatasan. Namun karena kejadian tersebut, perbatasan ditutup kembali. Seperti diketahui, pintu perbatasan tersebut merupakan jalur akses perekonomian penting bagi warga RI-PNG. Masyarakat PNG banyak yang berbelanja ke Pasar Skouw, Kabupaten Keerom, Papua. Mereka lebih senang berbelanja ke Indonesia karena harganya yang jauh lebih murah daripada harga barang di PNG.
Kerjasama dan itikad yang baik dari pemerintah PNG sangat diharapkan untuk menumpas kelompok separatis ini. Selain itu, peran media juga sangat penting untuk mem blow up kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh kelompok separatis di seluruh Papua, tidak hanya di perbatasan. Karena selama ini pemberitaan di media cenderung lebih memojokkan aparat yang bertaruh nyawa saat bertugas ketimbang membeberkan fakta kebengisan kelompok separatis OPM. Terakhir dan yang terpenting adalah, marilah kita masyarakat Papua khususnya dan Indonesia pada umumnya sepakat untuk mengutuk tindakan OPM dan bersama-sama membangun Papua ke arah yang lebih baik.
Bagaimana, Dong Setuju Kah Tra? (Bagaimana, Kalian Setuju Atau Tidak?)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H