Mohon tunggu...
Mesiyarti Manar
Mesiyarti Manar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Indonesian-based linguistics researcher who passionate in fashion design and traveling

Hey! I'm Meysi. I am Indonesian-based linguistics researcher. Currently, I am doing my research on endangered languages in Indonesia. I am passionate to fashion design and traveling. My travels taken me to around the Asia and beyond. The most thing that I concerned is becoming mother of two sons. They are my everyday inspiration to achieve the world. Well, welcome to my homepage!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

'Joy' How to start your own business

7 Januari 2021   10:26 Diperbarui: 8 Januari 2021   12:25 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kalian merasa sendirian dalam kesulitan membangun bisnis pada pandemik saat, kalian wajib menonton film 'Joy' yang penuh motivasi bagi para entreprenur pemula yang sedang memulai bisnis. Joy yang diperankan oleh Jeniffer Lawrence ini sama dengan ibu-ibu layaknya saya yang ingin memulai usaha dari NOL alias tanpa modal. Melihat film joy saya merasa lebih beruntung karena mempunyai orang tua yang mendukung keinginan bisnis saya, mempunyai suami yang support dengan tersitanya perhatian lebih untuk bisnis, dan lebih beruntung lagi saya 'stay' di rumah dengan keluarga kecil saya tidak seperti Joy yang terlalu banyak personal di rumahnya, nenek, ibu, mantan suami, ayah, dan adik tiri.

Beban kehidupan Joy lebih sulit dari yang saya hadapi. Ia tinggal serumah dengan ibu dan neneknya yang hanya bisa menghabiskan waktu menonton sinetron tanpa peduli mau makan apa, bayar listrik pake apa, dan bayar cicilan rumah gimana (OMG, pengabdi sinetron), belum lagi berhadapan dengan mantan suami, Tony yang tidak punya pekerjaan dan bisanya numpang makan ajah (ini kalo di Indonesia udah ditendang jauh-jauh deh). Boro-boro suaminya bekerja gitu bantuin ngebiayain anaknya, malah numpang tempat tinggal, numpang makan pula di rumah kan amit2 banget deh. Joy juga tertekan secara psikis karena selalu dihina oleh sodara tirinya, Peggy karena pernikahan yang gagal tambah stress dong ya liat kondisi orang yang ada di rumah. Belum lagi dia ga ada punya pembantu. Mulai dari ngepel, masak sampai cari uang dilakukan sendiri. Duh kebayang yah desperate banget jadi Joy ini. Lagian kenapa sih sodara gitu amat hehehe nambah beban ajah, gimana ga gagal wong punya suami ga bisa berfungsi dengan baik. Udah baik bgt Joy mau menampung tuh suami. Hidup Joy tambah complicated sejak ayahnya, Rudy cerai untuk yang ketiga kalinya dan numpang tinggal pula di rumahnya, yg Joy tempatkan di basement bawah. Ayah dan mantan suaminya ini ga akur dan sering berantem. Kalo saya jadi Joy mungkin akan stress beraddddd hehehehe.. beban hidup Joy luar biasa!!

Film Joy ini diangkat dari kisah nyata Joy Mangano, seorang miliarder Amerika kaya raya yang menciptakan kain pel inovatif dengan alat peras otomatis. Pel otomatis ini dalam 5 tahun terakhir hits karena harganya udah murmer banget. Kehidupan Joy realnya memang seperti yang digambarkan dari film tersebut. Film ini menjadi cambukan bagi saya bahwa sebesar apapun hambatan, itu memang niat, tekad, dan konsistensi dibutuhkan kalo ingin sukses. Udah ga ada lagi tips lain kalo diri kita ga punya 3 hal dasar itu. 

Joy membutuhkan investor yang akan mendukung modal usahanya. Sang Ayah, Rudy berpacaran dengan Trudy, seorang janda kaya Italia yang  , setuju untuk berinvestasi dalam produk Joy. Mereka kemudian menghubungi perusahaan California untuk memproduksi pel dengan harga rendah. Untuk menghindari kemungkinan gugatan paten, perusahaan itu menyarankan Joy untuk membayar 50.000 dolar pada pria Hong Kong yang memiliki produk serupa. Joy tidak menyetujui membayar 50.000 $ karena dia menyakini bahwa dia membuat prouduk tersebut setelah melalui riset yang cukup lama. Dia juga tidak punya agunan yang akan diserahkan ke bank untuk membayar paten tersebut. Joy berada pada titik terendah dimana ia hampir putus asa dengan masalah produksi kain pel tersebut. 

Lalu sang suami, Tony memberi saran untuk  bertemu eksekutif QVC Neil Walker (Bradley Cooper) untuk sounding kain pel peras otomatisnya. Haduh nih suami kemana ajah sih, baru ada gunanya setelah Joy pontang panting sendirian. awalnya, Cooper tidak tertarik dengan produk Joy karena belum ada pasarnya lalu Joy memaksa untuk mencobanya dengan membuat iklan di TV. Namun, sayang sekali orang yang promosikan bukanlah orang yang mengetahui persis produk sehingga promosinya asal-asalan dan tidak mengena ke konsumen. Nah, untuk bagian ini saya merasa tertampar banget! Kalo kita punya produk, maka brand ambassador terbaik itu ya kita sendiri. Kita yang tau persis bahan dan manfaat produk tersebut akan dapat mennyampaikan dengan baik kepada konsumen. Makanya, kalo endorse selebgram/artis sering kali ga dapet feelnya saat ia menjelaskan produk kesannya karena dibayar ajah. jadi tidak menyakinkan konsumen untuk membeli.

Joy akhirnya datang ke kantor QVC dan menemui Cooper yang saat itu sedang rapat. Pada awalnya Joy ditolak karena sejak iklan TV yang pertama tidak ada satupun penelpon yang akan membeli pelnya. Namun ketika Joy memaksa untuk mempromosikan sendiri akhirnya Cooper luluh. Joy shooting di Tv untuk pertama kalinya dan ini membuat sangat nervous berhadapan dengan lighting kamera. Pada saat kamera on, Joy hanya terpaku lupa apa yang akan dipromosikan, Cooper sudah mulai merasa cemas hingga akhirnya teman Joy menelpon menanyakan produk tersebut. Joy dapat menjawab dengan lancar dan mempraktekkan bagaimana cara ngepel dengan praktis. Pada saat memilih kostum Joy tidak ingin didandani layaklay wanita sosialita, dia ingin tampil seperti adanya di rumah bagaimana dia ngepel dan membereskan rumah. Kemunculan Joy pertama kali ini berhasil mendatangkan 100.000 order pel yang membuatnya merasa tidak percaya. Masalah muncul ketika produksi pel mulai berjalan. Ia mendapati rekanan yang mengkhianatinya dan menjual desain pelnya kepada orang lain. 

Kalo kamu sedang membangun bisnis, mempunyai rekanan yang baik dan jujur itu harus dipelihara banget loh. Karena rekanan yang nipu, yang nusuk dari belakang itu banyak. Seperti orang ujung-ujungnya cuma untuk ngorek-ngorek dapur produksi kita ajah. Nanyain bahan baku beli dimana, lalu jahit dimana, sistem marketing gimana and so on. Nah, kalo udah punya usaha hati-hati kayak gini jangan semua info dapur perusahaan dikasih walaupun sama temen atau sodara. Lagian juga ya ga etis loh kalo ketemu temen jualan roti nanyain cara buatnya, boro-boro disupport dibeli gitu. Ketemu temen jualan baju nanyain dimana jahit sama beli bahannya. Bisnis itu proses shayyyyyyyy..jangan maunya instan langsung dapet, langsung untung, langsung gede. Hargai setiap prosesnya biar kamu juga jadi entreprenur berintegritas hehehe..duh jadi kemana2, untuk masalah ini emang yang paling banyak dihadapi oleh pebisnis pemula. 

Balik lagi ke Joy, Joy akhirnya menemui orang yang ngambil desain produksi pelnya dan tau kelemahan orang itu. Joy mengancam dan akhirnya orang itu mau membayar royalti ke Joy karen udah pake desainnya. Joy ini happy ending banget deh, jadi kaya raya, punya program tv sendiri kayan QVC itu dan dia jadi lady bossnya. Pebisnis yang tumbuh dari bawah tidak akan lupa pada orang-orang yang pernah berada di titik sepertinya. Joy banyak membantu orang-orang yang ingin memulai bisnisnya. Apakah kita akan menjadi Joy, Joy lain kedepannya,? Film ini wajib banget ditonton bagi kamu pebisnis pemula agar tetap semangat membangun bisnis kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun